Malam belum benar-benar larut gulita ketika kami tinggal berdua. Saya, dan seorang teman. Di beranda sebuah sekretariat lembaga pers kampus. Membincangkan banyak hal. Sesekali, bergosip hal yang remeh-temeh. Di penghujung kedua mata nyaris mengatup, kami terlibat beberapa perbincangan yang menarik. Tentang kopi. Yah, salah satu minuman yang sebenarnya menjadi komoditas di daerah domisili saya, Kabupaten Enrekang. Sementara, teman saya yang sebagian keluarganya juga berasal dari sana, juga punya pengalaman sebagai seorang barista. Nyaris setahun lamanya ia bergelut dengan kopi dan racikannya. "Di Enrekang, ada kopi arabika ya? Kopi kalosi itu apa termasuk kopi arabika?" Ada satu hal yang ingin saya luruskan dalam hal ini. Kopi kalosi memang tergolong dalam rumpun kopi arabika. Hanya saja, penamaan "Kalosi" itu sebenarnya tidak mengacu pada daerah penghasil kopinya. Sekali waktu, berkunjunglah ke daerah yang disebut Kalosi itu. Di sana, sejauh saya mengenalnya, tak ada kopi spesial seperti yang selama ini di-branding-kan. Wilayahnya lebih cenderung ke arah perkotaan yang menjadi pusat perdagangan dan distribusi beberapa komoditi. Nah, mungkin atas dasar itulah, penamaan "Kalosi" melekat pada nama kopi arabika. "Dan lagi, daerah Kalosi itu tepat terlihat di dalam peta, kan?" ujar saya sedikit bercanda.
Nama Kalosi sendiri, sejak kapan ia digunakan sebagai nomina sebuah kopi yang merepresentasikan daerah sekaligus cita rasa, masihlah kabur. Secara historis, penamaan suatu kopi dengan identitas tempat bisa bermakna macam-macam. Dua makna yang paling sering dipakai adalah nama tempat dan pelabuhan. Seperti nama Java atau Jawa dan Mukha, pada abad 19, itu tidak berarti kopi tersebut ditanam di daerah Pulau Jawa dan Mukha, melainkan juga bisa berarti kopi yang diberangkatkan dari suatu pelabuhan di Pulau Jawa atau di Mukha. Kalosi sendiri bisa berarti pasar dan tempat. Meski di Kalosi ada tanaman kopi, pada saat yang sama mempertimbangkan sebaran kopi spesial Kalosi (sekali lagi, kopi spesial [specialty coffee] bukan kopi secara umum) di berbagai daerah di luar Kalosi yang melampaui daya produksi tanaman kopi di Kalosi, kopi Kalosi bisa berarti kopi yang dibeli atau dijual oleh penjual kopi asalan di pasar Kalosi yang kopinya bisa berasal dari luar Kalosi. --Sumber--
Sementara itu, saya pernah bertemu dengan seorang distributor kopi arabika dari Enrekang. Ia bercerita, sebetulnya kopi arabika yang dilabeli nama "Kalosi" itu berasal dari daerah pegunungan Benteng Alla Utara. Dari Kalosi, berjalanlah ke arah utara hingga menanjak ke area pegunungan tinggi. Di tempat itulah perkebunan kopi banyak ditemui. Biji kopi yang siap dijual, kemungkinan besar berasal dari tempat ini dan dipasarkan di sekitar Kalosi. Wajar ketika orang-orang lebih mengenalnya dengan nama Kopi Kalosi. Hingga kini, lelaki yang bukan asli tanah Massenrempulu itu justru gencar membangun branding Kopi Kalosi dengan nama Kopi Benteng Alla. Katanya, ia hendak mengembalikan kejayaan nama penghasil komoditas utama kopi itu. "Orang kan tahunya cuma Kopi Kalosi dan Kopi Toraja. Sementara mereka sebenarnya tak pernah dasar, yang dinamakan Kopi Kalosi itu adalah Kopi Benteng Alla," saya menjelaskan kepada teman, berdasar pengamatan yang selama ini saya temui di daerah Enrekang. [caption id="" align="aligncenter" width="483" caption="Penampakan daerah Benteng Alla Utara, yang terkenal sebagai penghasil kopi di Enrekang. (Sumber: philocoffeeproject)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="483" caption="Ketika siap dipanen. (Sumber: philocoffeeproject)"]
--Imam Rahmanto--