Mohon tunggu...
Imam Rahmanto
Imam Rahmanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Coffee addict

Cappuccino-addict | Es Tontong-addict | Writing-addict | Freelance

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menangis itu...

7 Mei 2013   01:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:59 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13678656781420624284

“Air mata itu hadir untuk membasuh jiwa” Ada banyak hal yang sering terjadi dengan kita. Beragam persoalan yang menimpa hidup, menimpa kita, bahkan yang menimpa orang lain pun kadang kala membuat kita meneteskan air mata. Sudah, seringkali saya menemukan teman-teman saya meneteskan air mata. Kebanyakan sih perempuan. Entah karena persoalan pekerjaan, tersinggung, terharu, tersakiti, atau hanya sekadar menonton sebuah film. Sebulan lalu, minggu lalu, bahkan kemarin. Tapi, ada pula loh perempuan yang sama sekali taidak bisa menangis di depan orang lain, meskipun itu teman-temannya. Setengah mati mereka menahan air mata yang keluar, biasanya jelas tergurat di wajahnya, tapi toh ketika sudah menyendiri ia menumpahkan semua. Nah, jenis wanita yang kuat. Tidak hanya perempuan yang biasanya sangat mudah meneteskan air mata. Bahkan, seorang laki-laki, seperti saya pun pernah menangis. Dulu, ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya juga sering menangis, kok. Kenapa? Haha.. ada banyak hal sepele yang berhasil membuat saya menjadi anak cengeng di seumuran saya. Bahkan, menonton film India pun saya biasanya menangis terharu. Masih jelas dalam ingatan saya label “cengeng” yang selalu disematkan teman-teman pada saya. “Dasar cengeng,” ledek salah seorang teman masa kecil saya sambil melet-melet di hadapan saya. Ia menjulurkan lidahnya dengan melebarkan jemarinya di kiri-kanan kepalanya sembari terus meledek saya. Saya yang masih kecil dan belum bisa berbuat apa-apa (sebagai orang lemah) hanya bisa memasang tampang sebal. Ohya, malah jika kejengkelan saya memuncak, tidak jarang saya memungut batu (sebesar-besarnya) di sekitar saya dan mengancamkannya pada teman yang meledek itu. Pernah loh saya nyaris melemparnya. Haha…nyaris saja kepala teman saya bocor. “Jadi anak lanang ndak boleh gampang nangis!” pesan ayah saya selalu ketika melihat saya menangis. Seperti yang saya ketahui, ia tak pernah suka melihat anak lelakinya menangis memperlihatkan kelemahannya. “Wajar kalau konco-koncomu seneng ngledekin kamu,” tegas ayah saya. Akh, ketika hal seperti itu terjadi, saya malah berharap ayah saya bisa menjadi pelindung bagi anaknya. Anaknya yang dianiaya, lha kok malah anaknya pula yang dimarahi? Setidaknya dibela kek biar gak nangis terus. Jika terjadi seperti itu, saya terkadang membayangkan bisa memiliki seorang kakak yang akan melindungi saya dari olok-olok teman saya. Gara-gara “cengeng” itu, saya juga minder untuk bergaul dengan teman-teman seumuran saya, yang pada masanya bisa dibilang anak “gaul”. Beruntung saja, saya termasuk salah satu anak yang berprestasi ketika SD dulu, sehingga bisa sedikit mengaburkan label “cengeng” itu. Apalagi ketika salah seorang guru saya pernah mewanti-wanti, “Kalau terlalu banyak menangis akan menghabiskan air mata loh. Jadinya kalau air mata habis, bisa buta.” Namanya juga anak kecil, ya wajar kalau percaya. Lantas saya pun berusaha untuk tidak sedikitpun lagi menangis di hadapan teman-teman saya. Rapuh "Ketika wanita menangis, itu bukan karena dia ingin terlihat lemah melainkan karena dia sudah tidak sanggup berpura-pura kuat," --Buku Let Go-- Yah, ada banyak orang yang mengatakan bahwa menangis itu menjadikan seseorang terlihat lemah, meskipun pada kenyataannya memang seperti itu. Akan tetapi, tahukah kita, menangis tidak hanya sebatas menunjukkan seseorang lemah, melainkan menangis bisa melegakan sesuatu dan menyadarkan sesuatu. Karena menangis adalah hal yang wajar bagi kita, sebagai seorang manusia, maka tidak salah ketika menangis. Justru dengan menangis bisa semakin membangun kesadaran diri kita. Memberikan kita sedikit waktu untuk menyelami alam bawah sadar kita. Mungkin saja, hanya dengan menangis kita bisa sedikit merefleksi sesuatu yang terjadi pada diri kita itu. Entah itu kesalahan, keyakinan, ataupun hubungan dengan orang lain. Saya juga menyadari, ketika orang menangis itu sedikit menunjukkan kelemahannya. Rapuh. It’s real! Menangis katanya bisa membasuh jiwa yang terluka. Menangis bisa melupakan semuanya. Menangis pun bisa melegakan kita dari beban yang menimpa kita. Menangis pula lah yang mendekatkan doa kita pada Tuhan. Tapi, tak jarang pula saya banyak menemukan orang-orang yang mampu belajar jadi pribadi yang kuat dari air matanya itu. Saya punya teman seperti itu. Ia mampu mengelola hatinya melalui air mata yang senantiasa ia cucurkan. Tentu saja dengan bantuan teman-temannya. Teman itu selalu ada ketika kita rapuh. Tangan kanan melengkapi tangan kiri. [caption id="attachment_252554" align="alignright" width="300" caption="Sumber gambar: ikeputrawijaya.blogspot.com"][/caption] Menangis bisa membantu kita mencapai pemahaman yang lebih baik tentang keadaan yang melibatkan kita di dalamnya. Menangis itu juga menyehatkan. Tidak mengapa ketika seseorang menangis di depan orang lain. Menangis bukan berarti seseorang itu “cengeng” atau rapuh, melainkan hal itu sekadar menunjukkan seseorang itu adalah seorang manusia juga. Seseorang, pertanda bahwa ia juga memiliki perasaan. Akan tetapi,lebih baik lagi ketika kita mampu menunjukkan diri pada orang lain bahwa kita kuat. Saya kuat! Nah, teruntuk siapa saja, berhentilah menangisi hal-hal yang sebenarnya tidak perlu ditangisi. Menangislah untuk orang lain dan apalagi ketika kalian sudah menemukan seseorang yang bakal dengan rela hati menghapus air mata itu. Be Strong!! ^_^.V

--Imam Rahmanto--

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun