Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya Muslim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menerka Bentuk Undangan Jokowi Untuk Kompasiana di 2019 Nanti

17 September 2018   08:55 Diperbarui: 17 September 2018   09:38 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejumlah Kompasianer telah merasakan sedapnya olahan masakan chef Istana Kepresidenan. Berbalut dress-code batik, semua undangan yang hadir menapak di ubin Istana yang mengkilap. Mereka berpose dan saling mematutkan diri bersama Jokowi saat itu.

Hadiah yang indah tersebut setidaknya ingin terulang kembali. Kehadiran Kompasiana ditengah hiruk-pikuk pilpres sebagai alternatif kampanye dari Jokowi setidaknya dipandang penting oleh timses yang bergerilya mencari alternatif-alternatif untuk mendongkrak angka elektoral Jokowi. Mulai dari berbayar hingga bermodal militansi dari sejumlah Kompasianer yang difasilitasi penuh oleh Kompasiana.

Apakah ini salah? Sejuta persen tidak salah. Para pengelola dan admin adalah manusia yang memiliki interes dan preferensi. Di zaman yang permisif ini orientasi politik menjadi sebuah kekayaan intelektual dan sosial. Berebut simpati dan meruntuhkan simpati sepertinya dalam jalur pacu yang sengit. Sesengit hamburan artikel, pro-kontra antara satu calon dan calon yang lain.

Bedanya pada orientasi pengelola dan admin yang mengatur trafik artikel yang berdatangan setiap saat. Disinilah timses Jokowi berhasil memasung Kompasiana sehingga berhasil berfungsi sebagai corong KSP, sebentar bukan singkatan dari Kantor Staf Kepresidenan tapi Kompasiana Saluran Perjuangan, terutama perjuangan Jokowi meraih mimpi. Bedanya hanya KSP yang pertama dibiayai oleh negara, oleh uang rakyat sementara KSP yang kedua, katanya bebas preferensi tapi lacurnya segaris-seperjuangan dengan KSP yang dipimpin oleh Moeldoko.

Lalu apa maksud dari judul artikel diatas?

Tentu saja untuk memberikan semangat kepada pengelola dan para admin yang budiman peluang dan kemungkinan datangnya undangan resmi kepada Kompasiana di tahun 2019 nanti, entah sebelum pilpres atau sesudahnya. Setidaknya ini penting untuk menjaga suhu mesin produksi kampanye berbalut blog keroyokan ini tetap di suhu konstan dan selalu memberikan stimulan yang memadai para Kompasianer yang mempublikasikan kehebatan pembangunan infrastruktur yang --katanya-- telah dibangun oleh Jokowi.

Beberapa Kompasianer yang telah merasakan genggaman tangan Jokowi pun telah sukses mengembang potensi dirinya sebagai copywritter untuk mars dan puja-puji yang lebih optimal, seperti seword.com yang dibuat oleh salah satu dari sekian Kompasianer yang hadir di Istana. Optimisme dan rasa confidence yang tinggi pasca bersalaman memang hadir dan wujud. Salah satu dari sekian banyak manfaat setelah merasakan tegur sapa dengan ornang nomor satu di Indonesia saat ini.

Jadi Kompasiana dituding berat sebelah dan timpang? Lho kalau memang benar apakah salah? Yang salah itu adalah, berhenti menyuarakan aspirasi ditengah-tengah komunitas yang berbeda tujuan. 

Salam Ujung Jari!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun