Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Berudu atau Kecebong, makhluk hidup yang sedang menuju transformasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Meneropong Calon Presiden 2019

5 Desember 2017   10:10 Diperbarui: 5 Desember 2017   10:14 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia negeri kaya raya, gemah ripah loh jinawi. Zambrut khatulistiwa dengan segenap ratna mutu manikam. Itu dulu. Dongeng yang kerap diualng-ulang oleh guru IPS, semenjak SD hingga SMTA. Begitu kuliah mulai berfikir, apa betul?

Lalu ada lagi pernyataan yang dramatis dari seorang presiden tentang Indonesia. Beliau menenangkan gundah rakyat melihat negara ini bak perahu sampan dari batang pohon, terombang-ambing oleng ke kiri dan ke kanan. 

"Di APBN masih ada Rp 460 triliun lebih yang akan didorong untuk diserap  lebih cepat, sedangkan dana APBD masih ada Rp 273 triliun. Kemudian, di BUMN masih  ada Rp 130 triliun yang segera dibelanjakan. Uang kita masih ada dan  banyak. Serapannya yang harus terus ditingkatkan," kata Presiden  menegaskan saat itu. Sumber dari sini.

Optimisme terbangun, saat itu.

Namun waktu berjalan. Indonesia masih saja perlu di resapi sedemikian rupa tentang dongeng sebagai negara yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, negeri yang mendapatkan limpahan berkah baik dari langit dan buminya. Bersumber dari keadaan negeri Saba' dalam kisah inspiratif yang tertuang di Al Quran. Guru-guru pengajar mesti lebih getol dan gigih menegaskan dan menimbulkan keyakinan bahwa Indonesia adalah negeri ajaib yang tongkat di tancap jadi tanaman.

Jika betul demikian maka rasanya kita tidak perlu mencari presiden yang cerdas, proyektif, problem solver, inovatif dan memiliki porto folio akademik yang mumpuni. Cukup mencari seorang pemimpin yang memiliki kemampuan meracik perbedaan menjadi rahmah dan bukan pemimpin yang menepuk satu anak dan menendang pantat ke anak yang lain. Indonesia hanya butuh figur pemimpin yang waskita dan bestari.

Namun entah ini menjadi bagian penting dari sebuah proses, Indonesia ternyata --tidak sepenuhnya-- kaya raya. Jika plesetan komedi slapstick, maka Indonesia adalah negeri yang kaya hutang negara namun miskin pendapatan karena berdasarkan pendapat sepihak perlu rasanya "menjual" beberapa sumber-sumber pendapatan seperti BUMN ke swasta. SDM yang lemah membuat bisnis tidak lagi memberikan untung.

Maka perlu juga kiranya kita berbaik sangka di pilpres 2019 nanti kita mencari presiden atau pemimpin yang merekatkan dan bukan memisahkan. Pemimpin yang menjadi "ratu adil" dan bukan mengadili berdasarkan kepentingan kelompok. Tidak perlu rasanya rakyat ini dibodohi dengan menyebutkan bahwa implementasi sila keadilan sosial tersebut dengan kebijakan satu harga yang menghilangkan peluang profit takingPertamina hingga belasan trilyun sementara beberapa kabupaten miskin yang berada di pulau Jawa saja masih berkutat dengan bobroknya kwalitas fisik sarana pendidikan dan transportasi. 

Jika frasa adil tersebut berangkat dari filosofi maka rasanya pencitraan yang kebablasan tersebut dihentikan karena memedihkan mata mereka yang dekat dari Istana Kepresidenan tapi berasa seperti bertempat di Vanuatu, timur dari Papua. Indonesia hanya butuh pemimpin yang minim adu domba antar anak bangsa. Pemimpin yang mengajarkan antara produk dari mulut dan perbuatan itu sebaris dan seirama

Entah siapa, mungkin saja kita bisa berharap dari sosok yang datang dari ujung Indonesia.

Salam Ujung Jari!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun