Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orisinalitas Sikap Ahok

21 Maret 2017   09:42 Diperbarui: 21 Maret 2017   10:33 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai menantu dari mertua yang tinggal di Jakarta penulis sangat memahami sekali pernyataan dari seorang ustadz yang pada akhirnya menyelenggarakan sholat jenazah untuk mendiang nenek Hindun di rumahnya sendiri dan tidak di masjid sesuai keinginan almarhumah. 

Seorang nenek yang katanya sangat mengidolai Ahok dan memilih petahana tersebut sebagai pilihan saat di TPS. Agak kaget juga si nenek tertebak apa pilihan politiknya saat putaran pertama. Meskipun sebenarnya pilihan tersebut berlandaskan LUBER alias bebas dan rahasia. Dan entah kenapa nenek Hindun bisa menyatakan sikap keberpihakannya atau masyarakat sekitar rumah mendiang mengira nenek Hindun seorang Ahoker. 

Pemukiman padat penduduk yang pada saat-saat tertentu begitu menjadi sepi karena mobilitas warga saat mencari nafkah menjadi alasan mengapa ustadz yang memberikan saran agar tidak usah membawa jenazah ke masjid terdekat menjadi logis. Meskipun berkembang isu atau pernyataan tegas dari takmir beberapa masjid terkait tidak mau menyelenggarakan shalat jenazah bagi jama'ah yang dianggap membela seorang Ahok yang tengah menjalani persidangan dalam kasus pasal penodaan atau penghinaan terhadap agama. Dalam kasus Ahok agama yang di hina adalah agama Islam. Menyelenggarakan shalat jenazah di masjid sendiri bukan sebuah kewajiban secara syar'i. Yang wajib seharusnya membela izzatul islam, kemulyaan Islam.

Yang menjadi perlu disoroti adalah kedatangan Ahok ke kediaman nenek Hindun pasca ramainya berita yang dikabarkan beberapa mass media, baik online maupun konvensional yang meninggalkan azas jurnalisme yakni check and re-check terkait sumber berita. Alhasil yang tersiar adalah takmir masjid terdekat tidak mau menyelenggarakan shalat jenazah untuk nenek tersebut. Dan memantik beragam reaksi. Dan entah apa yang menjadi latar belakang Ahok mendatangi sebuah pemukiman yang mungkin menjadi renggang keharmonisan sosial pasca dirinya dengan serampangan menafsirkan sebuah ayat di kitab suci yang dia sendiri tidak beriman kepadanya.

Apakah betul motif berkunjungan Ahok tersebut betul-betul orisinal?  Sebuah sikap yang dilandasi keinginannya untuk mencairkan kebekuan hubungan antara warga. Dan bahkan terbetik kabar keluarga nenek Hindun disarankan pindah ke sebuah rumah susun mencerminkan kegagapan Ahok menjadi media penengah atas konflik warga. Bagi penulis Ahok bahkan menjadi titik api dari konflik yang berkembang horizontal belakangan ini. Sumbangan terbesar dari faktor pemicu adalah sikap-sikap Ahok yang meremehkan apa yang disebut dengan kearifan lokal.

Sikap yang paling orisinal dalam sudut pandang penulis dari Ahok adalah "pendek pertimbangan dan cepat bereaksi". Dan apesnya saja dalam beberapa kasus Ahok menampilkannya dengan kasar dan terbuka. Entah tentang pilihan sikap kaum muslim yang bereaksi atas sebuah ayat yang berisi larangan memilih pemimpin non muslim. Atau sikap-sikap Ahok terkait kejengkelan umat dengan memamerkan perlawanannya dengan menyatakan username "Al Maidah" dengan password "Kafir" untuk bisa akses ke WIFI di Balaikota.

Jadi sebenarnya kunjungan Ahok kepada keluarga nenek Hindun adalah sikap yang mengatakan bahwa dirinya akan tetap bersama para pendukungnya. Untung saja pihak dari keluarga nenek Hindun dengan lugas dan tegas menyatakan bahwa kejadian tidak bisa disholatkannya si nenek bukan karena penolakan melainkan situasi yang tidak memungkinkan diselenggarakannya di masjid terdekat sesuai dengan pesan mendiang.

Kalau lah boleh berpendapat. Mengapa pula si nenek semasa hidupnya memamerkan sikap yang bertentangan dengan sebuah ayat yang berisi larangan dan saat kematian menjemput meminta perhatian dari ummat yang sedang tersakiti hatinya? Penulis merasa ada sebuah aroma ketidakadilan atas hal ini.

Adapun sikap Ahok berkunjung ke kediaman si nenek menurut hemat penulis akan lebih produktif dirinya memperlihatkan sikap sportif untuk menjelaskan betapa dirinya sangat menyesali apa yang telah dia ucapkan dan bukan memperkeruh dengan menghina seorang ulama seperti KH. Ma'ruf Amin.

Jika ingin mengulik, dimana sebenarnya orisinalitas sikap Ahok? Maka jawaban yang paling lugas adalah, lihatlah sikap-sikap Ahok di kepulauan Seribu dan dibeberapa persidangan.

Salam Sikap Orisinal!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun