Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebelas September

11 September 2016   01:12 Diperbarui: 11 September 2016   01:26 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menjelang satu tahun usai melenium kedua
Akibat peristiwa September berduka Peradaban dunia lari kencang Terguncangguncang meradang
Tak pernah terbayang macam benda apa
Terbang bersarang di World Trade Center di dunia belahan sana
Dunia berat, rapat balas tak terkira 

Komando satu menebar ranjau
Memanas di padang pasir dan daratan menghijau
Teraduk kota menciduk ia yang dikutuk
Dari udara sampai lautan sempurna dilumat tumbuk 

September, sebelas, seperti lambangnya angka Wiku
Satusatu terlajur ukur menjulur seribu
Dari ribuan serdadu menggempur penyandra berkubu batu
Tunduk takluk di daratan Nehru dulu

Entah bagaimana sampai sekarang imbasnya terus berkelanjutan
Sederet seret peta pertama ladang pergolakan
Desing senjata menggiring menyayat jiwa
Jiwa-jiwa tak berdosa sebagai korbannya
Dengan puisi ini kulabuhkan kepada siapa
Agar terbaca , perangpun berakhir pula

Ceruk kota yang pernah kena imbasnya, 11.09.201. Puisi: Imam Muhayat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun