Mohon tunggu...
Imam Muhayat
Imam Muhayat Mohon Tunggu... Dosen - Karakter - Kompetensi - literasi

menyelam jauh ke dasar kedalaman jejak anak pulau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percakapan Sang Guru dan Murid

23 September 2022   06:49 Diperbarui: 23 September 2022   06:57 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah, bahwa ia pernah belajar menulis kepada sang guru. Saat pelatihan, peserta pelatihan dilepas di pasar, stasiun, gunung, pantai, tempat tak bernama, pembuangan sampah, mesjid--mushola, pengajian, dan banyak lainnya.

Saat selesai praktik lapangan mereka dipanggil satu persatu. Sang guru bertanya, "bagaimana hasil dari penjelajahan?," telisik sang guru.

Ia menuturkan dan bersyukur bahwa jawabannya paling sesuai diantara semua mereka yang sang guru lepas di ladang observasi (pasar). Karena saat itu mereka sama-sama di lepas satu lokus. Dan masing-masing jawaban berbeda. 

Ada yang menjawab: pasar pagi ramai, para pedagang dan pembeli saling negosiasi harga,  macam jenis dagangan dijajakan di pasar itu. Tua muda, bapak ibu banyak bertandang di pasar, dan lain sebagainya.

Gilirannya ditanya sang guru. Jawabnya saat di pasar  ditemukannya seorang nenek tua renta, lagi bongkok. Berjalan pun kesulitan. Sesekali tak mampu melangkahkan kakinya. Di tangannya terkemas tas tenteng plastik yang sudah kusam.

Ia melanjutkan cerita saat di pasar itu kepada sang guru. "Saya, Pak, memutuskan menggali si nenek lebih jauh secara cermat. Amat dekat. Dan terlalu dekat. Bahkan dengan sengaja saat berjejalan di pasar itu. Saya berusaha mencium baju yang dipakai.  Ternyata bau tak sedap menyengat, Pak," tegasku. 

"Apa katamu?, " timpal sang guru. Ia agak kaget dan terlalu takut menatap wajah sang guru. Karena pertama kalinya ia memasuki pelatihan itu. Beliau, sang guru seperti mencecar terus dan menatap tajam wajahnya. Ketakutannya semakin menjadi di benaknya.

Sang guru nampak melandai melanjutkan pertanyaannya. Dan ia dipaksa membuat pernyataan satu kata saja. Saat itu ia agak bergetar dan menjawab dengan suara lirih, "kemiskinan," Pak, serak suaranya singkat. Sang guru meraih tubuhnya. Dan menepuk pinggang kanannya.

Karena ia peserta terakhir yang diinvestigasi sang guru. Lalu, sang guru menyelipkan pena pada saku depannya ...

Imam Muhayat, Nganjuk, 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun