Mohon tunggu...
Imam Kodri
Imam Kodri Mohon Tunggu... - -

Formal Education Background in UPDM (B) Of Bachelor’s Degree of Politics and Social Science, majoring of Public Administration and Master Degree, Majoring of Human Resources. Worked in various private companies over 30 years, such as: PT. Pan Brothers Textile as HRD Assistant Manager, PT. Sumber Makmur as HRD Manager, General Personnel Manager at PT. Bangun Perkarsa Adhitamasentra, Senior Manager of HRD and General affair at PT. Indoraya Giriperkarsa, Headmaster of Kelapa Dua High School, and the last, Head of the General Bureau and Human Resources at ISTN Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tukang Sol Sepatu yang Ingin Jadi Pengusaha Dompet Kulit

2 Oktober 2017   03:10 Diperbarui: 2 Oktober 2017   15:53 4534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hardi Yuda setelah PHK dari PT Unilever, PT Yamaha Motor, dan terakhir PT L'Oreal, akhirnya memutuskan untuk menekuni menjadi Tukan Sol Sepatu ()Dok.Pribadi)1/10/2017

Ada yang menanyakan tempat sol sepatu paling lengkap. Jawabannya “Sol Sepatu Kemiri”. Disebut sol sepatu kemiri karena letaknya persis berdempetan dengan makam atau kuburan Kemiri. Tepatnya di Jalan Rawamangun Muka persis di depan makam kuburan Kemiri, samping sebelah kanan Pasar Sunan Giri Rawamangun Jakarta Timur. Di sana ada sederet lapak khusus sol sepatu, sendal, tas, dan barang-barang sejenisnya yang terbuat dari kulit. 

Saya pagi itu memang sengaja dari rumah, datang ketempat sol sepatu untuk ngesol sendal butut tetapi masih sangat nyaman dipakai. Membuka pembicaraan, “ ini ada banyak barang bermerk nangkring di rak barang-barang dari kulit asli, yang ini sandal bekas mau dijual berapa mas “ tanyaku. Yang itu tidak dijual pak, memangsih kualitasnya masih bagus pak, tetapi sekedar untuk pajangan, tidak untuk dijual, kecuali terpaksa “ pungkasnya.

Di rak yang sederhana dan menempel di dinding kayu kusam tersusun ala kadarnya beberapa jenis dan model sepatu dan sendal bekas, dan tas bekas, yang dijadikan pajangan untuk menarik para pelanggannya. Meskipun barang bekas pakai, tetapi sudah dipermak sehingga kelihatan menarik, ada pelanggannya yang suka menawar barang pajangan yang ia susun rapi dan menarik, seperti yang saya tanyakan tadi, padahal tidak untuk dijual, katanya sekedar untuk pantas-pantas.

Apa boleh buat saya bertanya juga sekedar basa basi, karena tujuan utama saya mau ngesol sendal, bukan mau beli sendal bekas. Tetapi paling tidak untuk membuka percakapan dengan mas Hari. Demikian, Hari Yuda dialah nama pemilik lapak sol sepatu yang saya datangi itu. Orangnya masih muda, yang mewarisi lapak sepatu milik orang tuanya, sejak 2 tahun lalu. Nama lengkapnya Hardi Yuda (27) membuka usaha sol sepatu, sandal, tas kuli, dan segala barang kerajinan kulit.

“Saya menempati lapak ini karena patuh sama orang tua, bapak saya Pak”, “Beliau sudah tua sudah saatnya istirahat di rumah,  jadi saya yang harus menggantikan dan melanjutkan usaha beliau” katanya. Memang lapak sol sepatu yang ia miliki tidak besar, hanya ukuran 1,6 x 1, 75 meter. Dari Pemerintah DKI Jakarta hanya mewajibkan membayar Rp 300.000,- perbulan, dan dibayarkan lewat Bank DKI.

Salah satu Lapak Sol Sepatu kepunyaan Hardi Yuda, ukuran (1,5 x 1,75 m) terletak di Jln Rawamangunmuka , Rawamangun Jakarta Timur, setiap bulan membayar sewa Rp300.000,- kepada pemerintah DKI Jakarta yang dibayarkan setiap bulannya di Bank DKI (dok.pribadi)1/10/2017
Salah satu Lapak Sol Sepatu kepunyaan Hardi Yuda, ukuran (1,5 x 1,75 m) terletak di Jln Rawamangunmuka , Rawamangun Jakarta Timur, setiap bulan membayar sewa Rp300.000,- kepada pemerintah DKI Jakarta yang dibayarkan setiap bulannya di Bank DKI (dok.pribadi)1/10/2017
“Bagi usaha kecil-kecilan seperti saya, Rp 300.000,- perbulan, lumayan juga, walaupun tidak terlalu mahal, yang penting kedepannya ada perhatian dari pemerintah DKI, yang bolak-balik berjanji akan memperbaiki kondisi lapak dan akan membantu pemberian modal usaha kecil saya” ujarnya. Untuk ukuran lapak memang cukup kecil, sehingga agak kesulitan bila akan menambah dengan jenis usaha yang lain. Namun bagi Hardi Yuda akan mengoptimalkan lapak yang kecil itu, yang penting ia berkeyakinan dari usahanya yang kecil yang ia rintis nantinya akan berkembang.

Hardi anak muda yang penuh optimis dan tipe pekerja keras. Sejak ia masih sekolah sudah ditanamkan oleh orang tuanya rasa tanggung jawab dan kerja keras. Hardi Yuda nama panggilannya Hardi (27) pria kelahiran 1988, asli Sukabumi. Setamat SMA Negeri Sukawening tahun 2006 yang sekarang menjadi SMA Negeri 14 Garut, ia bekerja di Unilever. Sedianya pengin melanjutkan kuliah di jurusan matematik UNJ, sesuai dengan jurusan IPA ketika di SMA.

Tetapi apa daya faktor biaya yang tidak mendukungnya. Terpaksa ia memutuskan untuk bekerja di PT Unilever Cikarang dengan status pekerja kontrak. Tahun 2010 ia berhenti dan mendapat pesangon sebesar Rp 9.000.000,- Dari pesangon yang ia peroleh dari perusahaan tempat ia bekerja sebagian dipergunakan untuk modal berdagan istrinya di rumah.

Sebagai suami yang baik ia berusaha keras harus mendapat pekerjaan baru demi menghidupi istri dan kedua anaknya Rehan (3) dan Ulfa (1). Ia beruntung tidak terlalu lama menganggur Hardi mendapat pekerjaan barunya di PT Yamaha Motor. Karena statusnya yang pekerja kontrak lagi-lagi hanya bisa diperpanjang sampai dengan 2012.

Usaha terakhir ia putuskan untuk untuk bekerja di PT L’oreal dari 2012 sd 2014 setelah kontrak kerja habis ia mencoba peruntungan untuk membuka usaha kecil-kecilan kerajinan dompet dan melanjutkan pekerjaan bapaknya sebagai tukang sol sepatu di Jakarta. Pekerjaan ini ia peroleh keahliannya langsung dari orang tuanya. 

Hardi Yuda lulusan SMA Negeri Sukawening yang sekarang menjadi SMA Negeri 14 Garut, setamat SMA jurusan IPA rencananya mau melanjutkan di UNJ jurusan matematika, apa boleh buat kebentur masalah biaya, sekarang akan menekuni bidang sol sepatu dan pembuatan dompet kulit (dok.pribadi) 1/10/2017
Hardi Yuda lulusan SMA Negeri Sukawening yang sekarang menjadi SMA Negeri 14 Garut, setamat SMA jurusan IPA rencananya mau melanjutkan di UNJ jurusan matematika, apa boleh buat kebentur masalah biaya, sekarang akan menekuni bidang sol sepatu dan pembuatan dompet kulit (dok.pribadi) 1/10/2017
Sekarang ia bisa membedakan antara menjadi karyawan di perusahaan milik orang dibandingkan bekerja atas usaha sendiri tanpa bisa mengandalkan gaji atau pendapatan pasti setiap bulan. Perbedaannya dengan usaha sendiri ia harus jauh lebih berhati-hati bila ingin membelanjakan sesuatu yang kurang berguna. Berbeda ketika Hardi masih bekerja kadang malah tanpa control, karena mengandalkan penghasilan pasti setiap bulannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun