Mohon tunggu...
Abdullah al-jakarty
Abdullah al-jakarty Mohon Tunggu... karyawan swasta -

santri biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Obat Lemahnya Iman

29 Juni 2013   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:14 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dulu ketika shalat terasa khusyuk. Tapi sekarang? Shalat sebentar saja rasanya ingin cepat-cepat diselesaikan.

Dulu ketika mendengar ada orang yang bermaksiat, terasa sempit dada dan resahlah jiwa. Tapi sekarang? Kemaksiatan di depan mata terasa seperti "biasa-biasa saja".

السُّؤَالُ:

إذا أحس الإنسان أن إيمانه بدأ يقل ما أول شيء يبادر إلى فعله ليقوي إيمانه؟

Pertanyaan:

Jika seseorang merasa bahwa imannya mulai melemah, apa yang harus segera ia lakukan pertama kali agar imannya menguat kembali?

الجواب:

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:

Jawaban:

Segala puji bagi Allah. Semoga shalawat dan salam tercurah atas Rasulullah, keluarganya serta para sahabatnya. Amma ba'du:

فضعف الإيمان مرض يعتري القلوب المؤمنة، وهو من أخطر أمراضها، لما ينشأ عنه من الوقوع في المعاصي، والتهاون في الواجبات، وقسوة القلب، وضيق الصدر، وتغير المزاج، وعدم التأثر بقراءة القرآن، والغفلة عن ذكر الله عز وجل.. إلى غير ذلك. ولا طريق للتخلص من هذا المرض إلا بالسعي في ما يقوي الإيمان، ويكون ذلك بدفع الأسباب الموجبة لضعفه، وهي:

Lemahnya iman adalah penyakit yang menyerang hati seorang mukmin. Itu termasuk penyakit yang berbahaya, karena bisa menyebabkannya terjatuh ke dalam maksiat, meremehkan kewajiban, kerasnya hati, sempitnya dada, berubahnya emosi, tidak tersentuh dengan bacaan Al-Quran, lalai dari mengingat Allah عز وجل dan seterusnya.

Tidak ada cara untuk menghilangkan penyakit ini melainkan dengan berusaha melakukan apa-apa yang menguatkan iman. Dan itu terwujud dengan cara menolak beberapa perkara yang menyebabkan lemahnya iman, yaitu:

1-البعد عن الأجواء الإيمانية، من حضور مجالس الذكر، والصلاة في جماعة، ومجالسة الصالحين، يقول الحسن البصري: "إخواننا عندنا أغلى من أهلينا، أهلونا يذكروننا الدنيا، وإخواننا يذكروننا الآخرة".

1. Jauh dari suasana keimanan seperti menghadiri majlis-majlis ilmu, shalat berjamaah, dan duduk dengan orang-orang saleh. Berkata Al-Hasan Al-Bashri, "Saudara-saudara kami lebih berharga menurut kami daripada keluarga kami. Keluarga kami mengingatkan kami tentang dunia, sedangkan saudara-saudara kami mengingatkan kami tentang akhirat. "

2- فقدان القدوة الصالحة، لذلك لما توفي النبي صلى الله عليه وسلم وووري التراب قال الصحابة رضي الله عنهم:"فأنكرنا قلوبنا" رواه البزار ورجاله رجال الصحيح.

2. Hilangnya panutan yang saleh. Karena itu, tatkala Nabi صلى الله عليه وسلم wafat dan telah dikubur, berkatalah para sahabat-semoga Allah meridai mereka-: "Kami pun mengingkari hati-hati kami (merasa sedih). " (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan perawinya adalah perawi shahih)

3-الاختلاط بأهل الفسق والفجور من أعظم الأسباب التي تورث قسوة القلب.

3. Berbaur dengan orang-orang fasik dan fajir termasuk sebab paling besar yang menimbulkan kerasnya hati.

4-الانشغال الشديد بأمور الدنيا، وقد ذم النبي صلى الله عليه وسلم من هذه حاله، وعده عبداً للدنيا، فقال: "تعس عبد الدرهم، تعس عبد الدينار.." رواه البخاري.

4. Sangat sibuk dengan urusan dunia, padahal Nabi صلى الله عليه وسلم telah mencela orang yang seperti ini dan mengategorikannya sebagai hamba dunia. Beliau bersabda, "Celakalah hamba Dirham dan celakalah hamba Dinar. " (HR. Bukhari)

5-الانشغال بشؤون الأولاد والأهل عن طاعة الله عز وجل، قال تعالى: (إنما أموالكم وأولادكم فتنة والله عنده أجر عظيم) [التغابن:15]

5. Tersibukkan dari ketaatan kepada Allah عز وجلkarena urusan anak dan keluarga. Allah عز وجلberfirman: {Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah lah pahala yang besar. } (QS. Ath-Thaghabun: 15)

6-طول الأمل قال تعالى: (ذرهم يأكلوا ويتمتعوا ويلههم الأمل فسوف يعلمون) [الحجر:3] وعن علي رضي الله عنه أنه قال: أخوف ما أخاف عليكم اتباع الهوى، وطول الأمل، فأما اتباع الهوى فيصد عن الحق، وأما طول الأمل فينسي الآخرة.

6. Berangan-angan panjang. Allah تعالىberfirman: {Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang serta dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka mengetahui (akibat perbuatan mereka)}(QS. Al-Hijr: 3)

7-الإفراط في المباحات من أكل، وشرب، ونوم، وكلام، وخلطة، فكثرة الأكل تبلد الذهن، وتثقل البدن عن طاعة الله، وتغذي مجاري الشيطان في الإنسان، حتى قيل: من أكل كثيراً شرب كثيراً، فنام كثيراً، فخسر أجراً كثيراً.

والإفراط في الكلام يقسي القلب، والإفراط في مخالطة الناس تحول بين المرء ومحاسبة نفسه والخلوة بها، والنظر في تدبير أمرها، وكثرة الضحك تقضي على مادة الحياة في القلب فيموت لذلك، قال صلى الله عليه وسلم: "لا تكثروا الضحك، فإن كثرة الضحك تميت القلب" رواه ابن ماجه وصححه الشيخ الألباني.

7. Berlebihan dalam perkara mubah (yang dibolehkan) seperti makan, minum, tidur, dan bergaul.

Banyak makan menyebabkan pikiran menjadi beku dan membuat badan berat untuk mengerjakan perbuatan taat kepada Allah dan memperlebar jalannya setan ke dalam tubuh seorang insan. Sampai-sampai ada yang berkata, "Siapa yang banyak makan, akan banyak minum lalu banyak tidur kemudian rugilah ia tidak mendapatkan pahala yang banyak. "

Banyak berbicara membuat hati menjadi keras.

Dan banyak bergaul dengan orang lain, menghalangi seseorang untuk mengevaluasi dirinya, menyendiri (untuk menenangkan pikiran) dan memperhatikan bagaimana mengatur jiwanya.

Dan banyak tertawa memadamkan kehidupan dalam hati, sehingga mati. Nabi صلى الله عليه وسلمbersabda, "Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa mematikan hati. " (HR. Ibnu Majah dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

فهذه بعض أسباب ضعف الإيمان، وبدفعها والعمل بضدها يقوى إيمان المسلم، وعلى قدر اجتهاد المرء في الطاعة يقوى إيمانه، وعلى قدر انغماسه في المعصية يضعف إيمانه، إذ الإيمان يزيد بالطاعة وينقص بالمعصية،

Inilah beberapa sebab yang menyebabkan lemahnya iman. Dengan menolaknya dan mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengannya, menjadikan iman seorang muslim menjadi kuat.

Iman seseorang akan menguat tergantung seberapa sungguhnya ia dalam melakukan ketaatan kepada Allah. Dan Iman seseorang akan melemah tergantung seberapa jauhnya ia tenggelam dalam kemaksiatan.

Sebab, iman itu bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang karena melakukan kemaksiatan.

وقد ذكر ابن القيم أن افضل علاج لمثل هذه الحال هو: (أن تنقل قلبك من الدنيا فتسكنه في وطن الآخرة، ثم تقبل به كله على معاني القرآن واستجلائها، وتدبرها، وفهم ما يراد منه، وما نزل لأجله، واختر نصيبك من كل آياته، وتنزلها على داء قلبك، فإذا نزلت هذه الآية على داء القلب برئ القلب بإذن الله) . انتهى.

Ibnul Qayyim telah menyebutkan obat yang paling baik untuk mengobati permasalahan seperti ini yaitu: "Hendaknya engkau memindahkan hatimu dari dunia lalu engkau menempatkannya di negeri akhirat. Lalu engkau mengarahkan segenap perhatianmu menuju kandungan Al-Quran, membukanya, merenunginya, memahami maksud (ayat) itu dan sebab diturunkannya. Dan pilihlah bagianmu dari setiap ayat-ayat-Nya dan letaklah itu pada penyakit hatimu. Jika ayat itu turun pada penyakit hatimu, niscaya sembuhlah hati itu dengan izin Allah. "

ولا بد أن يصحب ذلك كله الدعاء بالثبات، فقد كان من دعاء النبي صلى الله عليه وسلم الذي كان يكثر منه: " اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك" رواه أحمد.

Hendaknya semua usaha itu diiringi dengan doa memohon keteguhan kepada Allah. Di antara doa Nabi صلى الله عليه وسلم yang banyak beliau ucapkan:

اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبى على دينك

(Ya Allah, Wahai pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu) (HR. Ahmad)

والدعاء بأن يجدد الله إيمانك، فقد روى الحاكم في مستدركه عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: "إن الإيمان يخلق في جوف أحدكم كما يخلق الثوب، فاسألوا الله أن يجدد الإيمان في قلوبكم".

والله أعلم.

Dan juga berdoa agar Allah memperbaharui imanmu.

Imam Al-Hakim telah meriwayatkan dalam Mustadraknya dari Abdullah bin Umar رضي الله عنهما dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau bersabda, "Sesungguhnya iman itu diciptakan di jauf (hati) salah seorang dari kalian sebagaimana diciptakannya baju. Karena itu, memohonlah kepada Allah agar memperbaharui iman di hati kalian. "

Wallahu a'lam

Sumber: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=10800

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun