Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

ADHD atau Autisme? Saat Label Tak Lagi Mampu Menjelaskan Siapa Kita

19 Mei 2025   08:25 Diperbarui: 19 Mei 2025   11:24 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"ADHD atau Autisme? Saat Label Tak Lagi Mampu Menjelaskan Siapa Kita"

Bayangkan seorang anak laki-laki, usia delapan tahun. Ia tidak bisa duduk diam lebih dari lima menit. Ia berbicara dengan cepat, memotong obrolan orang lain, dan emosinya meledak-ledak. Tapi di lain waktu, ia bisa terpaku selama berjam-jam menatap kipas angin yang berputar atau merasa terganggu hanya karena suara sepatu seseorang di lantai.

Lalu datanglah pertanyaan yang sering kali membingungkan banyak orang tua, guru, bahkan tenaga profesional:
"Ini ADHD atau autisme?"

Di tengah dunia yang mulai sadar akan neurodivergensi yakni cara berpikir dan merasakan yang berbeda dari norma mayoritas label seperti ADHD dan autisme semakin sulit untuk didefinisikan secara kaku. Karena kenyataannya, batas antara keduanya tidak selalu jelas. Banyak gejala yang saling tumpang tindih.

Sebuah studi oleh Leitner (2014) yang dimuat dalam Research in Developmental Disabilities menyebutkan bahwa sekitar 30 hingga 80 persen anak autis juga menunjukkan gejala ADHD, dan sebaliknya, banyak anak dengan ADHD yang menunjukkan ciri-ciri autistik, terutama dalam kesulitan sosial dan sensorik. Ini bukan tumpang tindih biasa. Ini adalah pertemuan dua dunia dalam satu tubuh kecil yang berjuang untuk dipahami.

ADHD dikenal dengan tiga ciri utama: impulsif, hiperaktif, dan kurang fokus. Tapi coba dengarkan suara hati mereka. Anak ADHD sering mengatakan, "Aku mau fokus, tapi otakku terlalu berisik." Bukan karena mereka tidak mau mendengarkan. Mereka hanya tidak bisa berhenti mendengarkan segala sesuatu dalam waktu yang bersamaan.

Di sisi lain, anak dengan autisme mungkin terlihat tenang, bahkan sangat fokus. Tapi, mereka juga bisa menjadi sangat sensitif terhadap cahaya, suara, atau perubahan rutinitas. Mereka sering kesulitan memahami isyarat sosial, bukan karena mereka tidak peduli, tapi karena dunia sosial seperti teka-teki rumit yang tidak ada petunjuknya.

Namun bukankah ADHD juga bisa mengalami kesulitan sosial? Betul. Dan di sinilah batas itu mulai kabur.

Dr. Tony Attwood, pakar autisme dunia, pernah mengatakan bahwa,

"Autisme dan ADHD adalah dua cara otak berkembang secara berbeda, namun bisa memiliki jalur gejala yang saling bersinggungan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun