"ADHD atau Autisme? Saat Label Tak Lagi Mampu Menjelaskan Siapa Kita"
Bayangkan seorang anak laki-laki, usia delapan tahun. Ia tidak bisa duduk diam lebih dari lima menit. Ia berbicara dengan cepat, memotong obrolan orang lain, dan emosinya meledak-ledak. Tapi di lain waktu, ia bisa terpaku selama berjam-jam menatap kipas angin yang berputar atau merasa terganggu hanya karena suara sepatu seseorang di lantai.
Lalu datanglah pertanyaan yang sering kali membingungkan banyak orang tua, guru, bahkan tenaga profesional:
"Ini ADHD atau autisme?"
Di tengah dunia yang mulai sadar akan neurodivergensi yakni cara berpikir dan merasakan yang berbeda dari norma mayoritas label seperti ADHD dan autisme semakin sulit untuk didefinisikan secara kaku. Karena kenyataannya, batas antara keduanya tidak selalu jelas. Banyak gejala yang saling tumpang tindih.
Sebuah studi oleh Leitner (2014) yang dimuat dalam Research in Developmental Disabilities menyebutkan bahwa sekitar 30 hingga 80 persen anak autis juga menunjukkan gejala ADHD, dan sebaliknya, banyak anak dengan ADHD yang menunjukkan ciri-ciri autistik, terutama dalam kesulitan sosial dan sensorik. Ini bukan tumpang tindih biasa. Ini adalah pertemuan dua dunia dalam satu tubuh kecil yang berjuang untuk dipahami.
ADHD dikenal dengan tiga ciri utama: impulsif, hiperaktif, dan kurang fokus. Tapi coba dengarkan suara hati mereka. Anak ADHD sering mengatakan, "Aku mau fokus, tapi otakku terlalu berisik." Bukan karena mereka tidak mau mendengarkan. Mereka hanya tidak bisa berhenti mendengarkan segala sesuatu dalam waktu yang bersamaan.
Di sisi lain, anak dengan autisme mungkin terlihat tenang, bahkan sangat fokus. Tapi, mereka juga bisa menjadi sangat sensitif terhadap cahaya, suara, atau perubahan rutinitas. Mereka sering kesulitan memahami isyarat sosial, bukan karena mereka tidak peduli, tapi karena dunia sosial seperti teka-teki rumit yang tidak ada petunjuknya.
Namun bukankah ADHD juga bisa mengalami kesulitan sosial? Betul. Dan di sinilah batas itu mulai kabur.
Dr. Tony Attwood, pakar autisme dunia, pernah mengatakan bahwa,
"Autisme dan ADHD adalah dua cara otak berkembang secara berbeda, namun bisa memiliki jalur gejala yang saling bersinggungan."