Berbeda Bukan Berarti Salah: Merayakan Neurodiversitas dalam Dunia yang Seragam
Pernahkah kamu merasa seperti potongan puzzle yang tak pernah cocok dengan tempatnya? Seolah dunia sudah punya cetakan baku, dan jika kamu berbeda, kamu dianggap rusak?Â
Itulah yang dirasakan banyak orang yang hidup dengan cara berpikir yang tidak "standar". Mereka yang otaknya bekerja dengan ritme yang berbeda sering kali bukan hanya disalahpahami, tapi juga dipinggirkan.Â
Kita tumbuh dalam sistem yang mengajarkan satu cara belajar, satu cara berpikir, satu cara menjadi "normal". Dan siapa pun yang menyimpang dari itu, dianggap sebagai masalah.
Neurodiversitas adalah sebuah cara pandang yang mengubah semuanya. Ia mengakui bahwa otak manusia itu beragam ada yang berpikir cepat, ada yang berpikir visual, ada yang butuh waktu, ada yang hiperaktif, ada pula yang diam tapi menyimpan dunia dalam pikirannya.Â
Disleksia, ADHD, autisme, Tourette, dan kondisi neurodevelopmental lainnya bukanlah penyakit untuk disembuhkan, tapi variasi alami dari cara otak bekerja.Â
Dalam keberagaman inilah kita menemukan kreativitas, empati, dan cara pandang baru yang tidak akan lahir dari keseragaman.
Sayangnya, sistem pendidikan kita masih terlalu sempit dalam mendefinisikan kecerdasan dan keberhasilan.Â
Sekolah sering kali menjadi tempat yang menakutkan bagi anak-anak yang berpikir dan belajar dengan cara yang berbeda. Anak yang tidak bisa duduk diam dicap "nakal".Â