Mohon tunggu...
Imam Setiawan
Imam Setiawan Mohon Tunggu... Praktisi dan Konsultan Anak berkebutuhan Khusus

Saatnya jadi Penyelamat bukan cuma jadi pengamat Saatnya jadi Penolong bukan cuma banyak Omong Saatnya Turuntangan bukan cuma banyak Angan-angan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dampak Soaial dan Emosional Disleksia : Antara Luka dan Kekuatan

7 April 2025   13:15 Diperbarui: 7 April 2025   08:18 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak Sosial dan Emosional Disleksia: Antara Luka dan Kekuatan

Bayangkan ini: Setiap hari adalah medan perang.
Bukan melawan senjata atau musuh di luar sana, tapi melawan huruf-huruf yang menari di halaman buku. Melawan angka-angka yang berputar seperti pusaran air dalam kepala. Melawan suara guru yang terdengar seperti dengungan tanpa makna.

Aku ingin belajar, sungguh. Aku ingin membaca secepat teman-temanku, menulis serapi mereka, dan mengangkat tangan dengan percaya diri saat guru bertanya. Tapi kenyataannya... aku membutuhkan waktu lebih lama hanya untuk membaca satu paragraf. Aku harus mencurahkan seluruh energiku hanya untuk menyalin tulisan dari papan tulis.

Dan di tengah perjuangan itu, datanglah komentar yang menyayat:
"Kamu malas."
"Coba dong lebih serius belajarnya."
"Kamu cuma cari perhatian."
Bahkan yang paling menyakitkan:
"Kamu bodoh."

Kata-kata itu... tidak hanya singgah di telinga. Mereka tinggal.
Menempel di hati.
Mengikis kepercayaan diri.
Membuatku bertanya:
"Apa ada yang salah denganku?"

Saat teman-teman bisa tertawa bebas di sekolah, aku sibuk menyembunyikan buku agar tidak diminta membaca. Sibuk mencari alasan agar tak ikut ujian. Sibuk berpura-pura kuat saat sebenarnya ingin menangis.

Tapi yang perlu kalian tahu...
Aku tidak sendiri.
Ada ribuan, bahkan jutaan anak di luar sana yang merasakan hal yang sama. Anak-anak dengan disleksia, yang terus mencoba bertahan di dunia yang belum siap memahami mereka.

Mereka tidak gagal. Mereka hanya berbeda.
Tapi dunia sering memaksa kita untuk sama.
Dunia menciptakan standar tunggal lalu menyalahkan mereka yang tidak cocok ke dalamnya.

Namun, dengarkan ini...
Perbedaan bukan sebuah kesalahan.
Disleksia bukan sebuah cacat.
Disleksia adalah cara berpikir yang lain.

Einstein, Da Vinci, Steve Jobs... mereka semua punya disleksia. Mereka bukan orang yang "gagal". Mereka adalah pemikir hebat yang melihat dunia dengan cara yang unik. Mereka menciptakan, membayangkan, dan membentuk dunia dengan sudut pandang yang tak bisa ditiru oleh pikiran biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun