Mohon tunggu...
Pena_Kampus
Pena_Kampus Mohon Tunggu... Penulis - CatatanPerantau

Pena_Kampus

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kritik Intelektual_Abae

18 Oktober 2019   08:28 Diperbarui: 18 Oktober 2019   08:37 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih terbayang di benakku dengan kata-kata yang ingin kutulis. ini bukan bermaksut untuk mejelaskan hal yang mungkin d anggap negatif bagi kawan-kawan. Sekali lagi ini hanya penafsirannya yang mungkin berbeda dari pemahaman kawan-kawan.Jika kau paham mengenai esensi dari manusia kau tak akan serakah dan rakus kekuasaan.
 Jika kau paham asensi dari seorang mahasiswa kau tak akan gila jabatan tapi bagaimana engkau berguna bagi masyarakat dan orang disekitarmu.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berkata, "Sesungguhnya perilaku sederhana yang paling baik adalah saat kita kaya. Dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi yang kuat.

Tapi kata-kata di atas adalah sebaliknya
Ketika seseorang menjadi kaya dia akan menjadi sombong dan serakah. Dan jika seseorang menjadi kuat maka dia pergunakan kekuatannya sebagai penindas bagi orang lain.

Seorang pendidik/Akademisi mereka adalah orang-orang terpilih atau orang terpelajar dan cerdas mereka yang juga bisa menjadi seorang yang memberi motivasi bagi kaum-kaum terpelajar dan kaum intelektual.
Bagi saya mereka seperti malaikat yang menyampaikan sesuatu kepada hambah Allah swt.

Tapi tidak selamanya mereka yang kita anggap sebagai pendidik /akademisi selalau bersikap adil bersikap pro (setuju) kepada kita sebagai mahasiswa.
Aku menyesal ketika melihat mereka yang memegang kekuasaan tapi tak bisa amanah dan berlaku adil.

Lebih parahnya lagi, mahasiswa atau kaum Intelektual melakukan hal anarkis atau kekerasan sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah.

Setiap tahun pasti akan di adakan  pergantian kepemimpinan di sebuah lembaga kemahasiswan dan di situ juga pasti terjadi kekerasan dan tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan oleh seorang mahasiswa atau kaum intelektual.
Dan mereka bangga dengan suatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan orang kaum terpelajar.

Menurut kalian itu suatu budaya?
Bagi saya praktek-praktek itu sudah dilakukan selama ribuan tahun yang lalu yang dilakukan sepanjang sejarah peradaban manusia, yang dimana otot yang di pergunakan untuk mencari kekuasaan dan menindas orang yang lemah.

Di Era Milineal atau juga di kenal dengan era revolusi industri 4.0, seharusnya mahasiswa itu lebih kreatif dan berinofasi.
Ini koh malah makin kaco mains berpikirnya kaum intelektual yang seharusnya melawan dengan karya bukan dengan otot.

Masih teringat di pikiran saya saat melakukan kajian tentang peran mahasiswa d era milineal atau gerakan mahasiswa di era milineal, saya sangat beruntung ketika mengikuti kajian tersebut karena sebelum pemantik menyampaikan materinya
Sempat saya berpikir, apa sih peran kita sebagai mahasiswa d era milineal ini, kemudian saya berpikir pasti jawabannya menulis atau melawan dengan menulis,
Ternyata apa yang d sampaikan pemantik sama dengan apa yang saya pikirkan.
Jika kau ingin di kenal maka menulislah.
Jasatmu akan mati, tapi karyamu akan selalu abadi.

Kisah seorang pemimpin
"Hari itu, umat islam di kota Madinah sedang merayakan hari raya Idul Fitri. Seperti biasanya,  Muhammad Saw. Menemukan anak kecil sedang duduk bersedih dengan pakaian yang penuh tambalan.
Dihampirinya anak kecil itu yang lalu menggunakan kedua tangannya untuk menutupi wajah, kemudian menangis tersedu-sedu.
Muhammad Saw., dengan tangannya yang lembut, mengelus-elus kepala anak kecil tersebut dan bertanya padanya,  "Kenapa kau menangis, anakku"?
    Anak kecil tersebut terkejut dengan pertanyaan tersebut. Tanpa megangkat wajah dan tanpa melihat siapa yang bertanya, ia lalu berkisah.
    "Dari hari raya ini,  semua anak ingin merayakan hari kemenangan ini dengan orang tuanya. Aku teringat pada ayahku yang sudah meninggal. Itulah yang menyebabkanku menangis. Di hari raya terakhir saat bersamanya, ia membelikan aku baju berwarna hijau dan sepatu baru.
    Aku sangat bahagian. Kemudian, suatu hari ayahku berjuang bersama Nabi Muhammad Saw. dan gugur dalam perjuangannya. Sekarang ayahku sudah tidak ada lagi. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu untuk siapa lagi? "
    Mendengar kisah bersebut,  Muhammad Saw. Bersedih. Lalu beliau membelainya dengan penuh kasih sayang dan berkata, "hapus air matamu, Anakku, Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang aku katakan,  apakah kau ingin agar aku, Nabi muhammad, menjadi ayahmu? Apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu? Dan apakah kamu ingin juga Aisyah menjadi ibumu?  Bagimana pendapatmu tentang apa yang baru saja aku kata katakan? "
    Mendengar kata-kata itu,  anak kecil tersebut berhenti menangis. Ditatapnya orang yang sedang ada di hadapannya.
    Ia pun takjub karena itu benar Muhammad Saw. Tanpa mampu berkata-kata, ia lalu menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju dengan tawaran Muhammad Saw. "
    Dari kisah di atas betapa Muhammad Saw.  Amat cinta pada rakyatnya dan umatnya. ialah seorang kepala negara sekaligus utusan Allah Swt.  Yang amat mempethatikan orang-orang
disekitarnya.
    Tidak ada sakali pun keegoisan yang terpancar dari tingkah lakunya.
Dan kita sebagai mahasiswa atau kaum intelektual harusnya mengambil contoh terbaik dari kisah seorang pemimpin yang hidup sederhana tapi masih melihat orang di sekitarnya.
Untuk para pemimpin bagi mahasiswa atau akademisi, kami sebagai mahasiswa butuh dilihat banyak masalah yang harus di selesaikan. Dan banyak mahasiswa yang betuh didikan,motivasi agar mereka tau bahwa setidaknya pemimpin mereka itu berguna.
Pemimpin yang baik dia yang selalu hidup sederhana bukan banyak gaya, selalu menyelesaikan masalah bukan mencari masalah, harus bijak, cerdas, kuat imannya
Dan tidak mudah dipengaruh.
Tampah kalian bertanya dan melihat lansung rakyat kalian tidak tau apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka butuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun