Mohon tunggu...
Ilyas Maulana
Ilyas Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Amatir

Fatum brutum amor fati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fanatisme Memangsa Nyawa

3 Oktober 2022   22:13 Diperbarui: 4 Oktober 2022   11:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala nyawa dimangsa fanatisme

Selepas melewati malam yang suntuk dengan segala hiruk pikuknya dan dinamika yang menyelimuti saat itu hingga baru usai saat subuh datang.

Mungkin banyak berita duka pagi ini, namun tak ada yang lebih tragis dan menyayat hati dari tewasnya ratusan suporter di Kanjuruhan. Miris memang, sepakbola yang mestinya ajang hiburan, melepas penat bagai nonton konser, ekspresi kebebasan mendukung para tim bahkan ajang silaturahmi antar suporter malah menjadi malapetaka. Tangan di dada yang tadinya simbol kebanggaan  berpindah menjadi tangan di atas batu nisan, atas nama duka, atas fanatisme yang membunuh. Miris memang.

Hari ini semua masih dilanda kesedihan, namun perlahan semua akan biasa lagi. Nama para korban akan terlupakan, headline berita nasional akan tenggelam, dan para tim pun nampaknya akan terus berprestasi di kancah nasional. Namun bapak-ibu para korban akan mengubur impian pada anaknya seumur hidup. Anak-anak yang kehilangan orang tuanya akan bertanya kemana orang tua mereka?. Duka yang mendalam, hidup mereka akan menaruh benci terhadap apapun tentang sepak bola.

Tak ada sepakbola yang seharga nyawa manusia.
Al-fatihah untuk pada korban yang dimangsa fanatisme dan anarkisme

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun