Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mencari Ikan di Laut Merah, Lautnya Nabi Musa

26 April 2012   13:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:04 2792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_184407" align="aligncenter" width="593" caption="Laut Merah, dari tepi Jalan. Foto by Muassis"][/caption] Selama di Kairo ini, memang sudah lama banget pengen lihat Laut Merah. Maklum, inget Laut Merah mesti inget cerita Nabi Musa membelah laut ini. Mukjizat yang memang diberikan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Selain cerita itu, yang paling berkesan soal Laut Merah juga tentang pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Khidir. Ketika ikan yang dibawa Nabi Musa melompat mencari jalannya ke laut, disinilah nabi mistis itu berada. Dan Nabi Musa yang cerdas, kuat, tetapi cenderung melihat yang lahir saja terhadap sesuatu, belajar kepada Nabi Khidir, nabi yang mampu memaknai dan melihat esensi 'dibalik'  sesuatu. Kisah pembelahan Laut Merah dan pertemuan dua Nabi ini ada dalam Al Quran. [caption id="attachment_184409" align="aligncenter" width="596" caption="Pulau Gurun di Laut Merah. Foto by Muassis"]

1335444604605672053
1335444604605672053
[/caption] Makanya, ketika seminggu lalu kami ke pantai Laut Merah di Hurgada, rasanya seneng sekali. Kami pergi kesini menempuh jarak sekitar 600 km dari Kairo, dengan waktu 5 jam. Berangkat malam setelah kursus bahasa Arab, dan tiba ketika subuh menjelang. Di sebuah mesjid, kami berhenti. Setelah berwudhu yang menyegarkan dan sholat subuh, kami istirahat sejenak. Lumayan deh, ngelurusin tubuh. Ketika pagi menjelang, kami menyusuri kota Hurgada yang ternyata sangat indah dan tertata rapi, dengan trotoar yang luas luas. Kota ini memang di setting untuk kota turis. Tak heran, banyak sekali orang asing disini. Utamanya dari Rusia. [caption id="attachment_184410" align="alignleft" width="300" caption="Ikan Ikan Laut Merah. Foto by Muassis"]
13354447091371727920
13354447091371727920
[/caption] Setelah sarapan, kami ikut rombongan turis kepulau di tengah Laut Merah. Pulau itu, disebut jazeera, ditempuh sekitar 1 jam-an. Dan sepanjang perjalanan ke pulau tersebut, laut yang bening, dengan ubur ubur bewarna lembayung berombongan bisa kita lihat dari kapal. Bahkan koral koral juga bisa disaksikan, saking jernihnya air laut ini. Laut yang bewarna gradasi hijau tua hingga muda. Indah sekali. Seperti indahnya Gili Trawangan di Lombok. Sambil menikmati keindahan itu, berkali kali aku bergumam, ini lagi di Laut Merah, lautnya Nabi Musa. Dan selama dalam perjalanan, kami juga menikmati fasilitas snorkling dan memancing ikan. Sayang, ketika tiba acara mancing memancing, satupun turis tidak ada yang dapat ikan, termasuk kami, hehee. Lha, pada kemana nih ikan ikan laut merah? Padahal sudah kebayang, bakar bakaran ikannya, hehee... Dan setelah kubaca baca, ternyata kawasan Laut Merah ini termasuk kawasan yang dilindungi lingkungannya. Menangkap ikan, coral, fossil,  ataupun rumput laut harus terbatas ataupun seijin otoritas lingkungan di Mesir. Begitupun, selain kapal kapal tertentu, jenis kapal lain kayak banana boat ataupun kapal bermesin tidak diijinkan ada di kawasan ini. Khawatir minyak dan polusinya mencemari laut (sumber: Egyptian Environmetal Affairs Agency, EEAA). Bahkan diving pun disini diperketat. Ikan ikan Laut Merah justru kami dapati setelah kami pulang. Di tengah perjalanan, di tepi Laut Merah, ternyata ada penjual ikan berikut 'resto' pinggir jalan. Bisa disebut PKL sih, cuma lumayan bermodal genset. Disini kami memilih ikan ikan yang hendak dibakar. Aneka macam ikan tersedia, dari yang besar banget hingga yang kecil. [caption id="attachment_184413" align="alignleft" width="300" caption="Pedagang Ikan. Foto by Muassis"]
1335446044136508300
1335446044136508300
[/caption] Tetapi, tentu tidak ada hiu hiu Laut Merah. Kalau yang ini emang sudah dilindungi, karena keberadaanya semakin langka. Pedagang ikan ini dapet ikannya dari nelayan tradisional. Sepertinya, kalau menangkap ikan skala kecil ala nelayan tradisional tidak apa apa. Yang bahaya justru kapal pemodal besar dengan kapal bermesin berat yang bisa merusak lingkungan. Akhirnya setelah lama menunggu, ikan ikan pun tersaji. Wuih, rasanya mantap, walaupun dibumbuin seadanya. Malah rasa aslinya yang keluar. Wah, jadi juga kami menikmati ikan ikan Laut Merah, sambil menatap Laut Merah yang temaram menjelang malam. Ehmm, indah sekali. Ya sudah, Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun