Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Jokowi: Kunci Pengendali Inflasi Bukan Impor, Tetapi Kerjasama Pasokan Antar Daerah

22 Mei 2014   03:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wah, hari ini Jokowi diapresiasi oleh Gubernur BI pak Agus M, yang menyebutkan bahwa pak Jokowi sebagai gubernur pengendali inflasi terbaik. Maklum, Jakarta menjadi barometer inflasi nasional, sehingga kalau inflasi tinggi, ikut menggerek inflasi nasional. Menurut pak Marto, 80% inflasi nasional disumbangkan oleh daerah.

Tetapi pak Alek Nurdin Gubernur Sumsel bilang, enak aja pusat nyalahin daerah, la wong infrastruktur itu kebanyakan wewenang pusat. Infrastruktur jeblok, pasokan ya susah dikirim. Kendala itu tidak menjadi halangan bagi Jokowi. Jadi, walaupun sebagai Gubernur, pak Jokowi sudah mengantisipasi masalah kelangkaan pasokan dengan kerjasama yang baik sekali antar daerah.

Masalah inflasi tidak bisa dipandang remeh. Pak SBY menyebutkan bahwa inflasi adalah musuh ekonomi nasional. Tetapi tentu untuk mengatasinya tidak bisa dibelakang meja. Harus rajin mengecek pasokan, komunikasi yang intensif antar daerah, mana yang lebih, mana yang kurang. Jangan langsung impor begitu di pasar barang kebutuhan pokok langka, tetapi pemenuhan pasokan biasanya juga telat. Setelah harga melejit, media heboh, konsumen menjerit, baru barangnya ada.

Untuk pemenuhan kebutuhan itu, Jokowi memang berupaya sekuat tenaga agar barangnya tidak impor dulu. Antara lain bekerjasama dengan Lampung untuk pasokan sayur mayur (pasokan yang biasa tentu yang dekat-dekat seperti Bogor, Puncak, dstnya, tetapi tidak mencukupi).

Kemudian untuk beras, selain pasokan yang sudah ada, Jokowi juga ke Makassar, ternyata disana kelebihan pasokan berton-ton. Yah langsung deh dipasok ke Jakarta. Jadi tidak terjadi kelangkaan duluan.

Begitu juga, jauh sebelum puasa, Jokowi bekerja sama dengan NTT untuk pasokan daging sapi. Ada yang komen nih di fb, kenapa bukan dengan NTB? Lah yang Lombok, Bali atau bahkan Jabar sudah eksisting memasok Jakarta, cuma jumlahnya masih jauh dari mencukupi. Harus dicari daerah-daerah baru yang potensial.

Tentu saja kerjasama dengan daerah ini bisa menggairahkan dunia pertanian-peternakan daerah. Seperti NTT, termasuk provinsi termiskin di Indonesia. Dengan kerjasama ini, diharapkan pendapatan rakyatnya/peternak juga bisa meningkat.

Jadi inget pernah baca juga visi Jokowi soal pertanian, salah satunya adalah membangun infrastruktur di sentra-sentra pertanian berupa gudang pasca panen dengan kapasitas besar dan serius membenahi infrastruktur traansportasi antar pulaunya.  Ini juga mengingatkan saya mengenai  ironi pertanian yang disebut oleh Wamentan, bahwa jika panen, lebih dari 40% hasil pertanian Indonesia membusuk, tidak terserap pasar. Karena petani tidak bisa menyimpannya.

Semoga kerja keras dan kerja cerdas ini bisa menginspirasi juga pemerintah daerah yang ada. Sehingga kesejahteraan Indonesia bisa benaran terwujud kedepannya....:D

Ya sudah, gitu saja, Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun