Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

PLN Rugi Rp 18,48 T Akibat Salah Kelola?

12 November 2018   17:21 Diperbarui: 12 November 2018   17:58 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Laporan keuangan PLN kuartal 3 tahun 2018 ini membukukan kerugian Rp 18,48 Triliun. Tentu angka ini bukan main-main, menunjukkan ada yang salah dengan pola kinerja PLN selama ini.

Padahal Menteri ESDM, Jonan sudah mengeluarkan Keputusan Menteri no.1395 tahun 2018 mengenai DMO atau Domestic Market Obligation, dimana harga batubara dipatok US$ 70/ton, sebesar 25% harus dijual ke PLN, tidak boleh ekspor. Sementara harga batubara dunia sudah lebih dari US$ 100/ton. 

Peraturan ini sempat bikin gonjang ganjing eksportir batubara. Dan semakin membuat defisit transaksi berjalan Indonesia makin parah, lebih dari 3% PDB. Akhir juli 2018 peraturan ini hendak dibatalkan, tetapi Agustus lalu gak jadi batal. Jadi bikin peraturan aja trial and error yak, gak matang. Bikin, terus batal eh gak jadi batal.

Kepmen ESDM itu berlaku January 2018 hingga Desember 2019 dan akan dievaluasi lagi.

Sudah dibantu gitupun, kerugian PLN masih parah. Diantaranya karena pelemahan kurs rupiah, dimana setiap melemah Rp 100, kerugian PLN Rp 1,2 T. Sementara setiap kenaikan bahan bakar dunia US$ 1/barrel, kerugian PLN Rp 268 Milyar. Untuk Pertamina dampak pelemahan kurs rupiah dan melonjaknya harga minyak dunia sebenarnya lebih parah. Tetapi hingga kini Pertamina belum rilis laporan keuangannya.

Selain itu, beban PLN yang cukup berat adalah kewajiban membeli IPP (Independent Power Plant), pembangkit listrik swasta. Walaupun listrik sudah over supply seperti Jawa Bali, tetapi listrik swasta ini wajib dibeli. Kenapa over suplai? Karena kajiannya gak matang. Dikira pertumbuhan ekonomi 7%, ternyata hanya 5%. Sudah gitu belinya pake dollar? Ya makin bankrutlah PLN?

Kelebihan suplai ini mencapai 30%. Makanya PLN mulai mo akal akalan gimana supaya konsumen bisa memyerap suplai ini? Bikin penggolongan baru? Atau menganjurkan make AC banyak banyak? Jadi inget kampanye hemat energi demi.lingkungan yang lebih baik.

Seharusnya masalah IPP ini dikaji ulang? Masa tidak ada sharing resiko? Tidak mesti rugi banget kalo lagi rugi, tetapi adalah persentase yang ditanggung oleh IPP. Entah 40%. Kalo enggak ya enak.banget swasta mesti untung, yang rugi negara? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun