Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Di Dunia, Hanya Indonesia dan Zimbabwe yang Masih Membolehkan Iklan Rokok di Elektronik

29 Mei 2011   10:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:05 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soal iklan rokok di kompasiana memang terkait dengan regulasi yang lemah di Indonesia. Negara Indonesia belum meratifikasi FCTC (Framework Convention on Tobacco Control) yang diinisiasi WHO terkait pengendalian tembakau.

Tetapi sebenarnya di  UU Kesehatan tahun 2009 yang baru lalu, di pasal 113 tembakau diakui sebagai zat adiktif, penyebab kecanduan. Itupun ayat 113 mengenai pengakuan ini sempet hilang, padahal sudah ketuk palu kesepakatan di paripurna DPR. Gile gak...Walo sudah ketemu lagi.

Dan dengan diakui ini pula, seharusnya keluar peraturan turunan yang menyebutkan instrumen pengendalian tembakau, yaitu adanya kawasan tanpa rokok di ruang publik (indoor), pemasangan gambar bahaya rokok di kemasan rokok (seperti di malaysia dan singapura, rokok made in indonesia sudah memasang gambar ini, tapi di indonesia malah belum, karena peraturan belon ada),  kenaikan cukai rokok (negara untung, harga rokok juga mahal), dan terakhir, pelarangan iklan rokok. Nah peraturan turunan ini yang gak keluar-keluar, saking banyaknya tarik ulur kepentingan disini.

Jadi, kalao soal iklan rokok, di dunia ini tinggal indonesia dengan zimbabwe yang masih membolehkan. Standar kita setara dengan mereka kali. Ya mau gimana lagi. Disini 2 diantara 5 orang terkaya Indonesia adalah pengusaha rokok. Kayaknya hampir semua orang tergantung nafkahnya sama rokok. Jadi fakor kesehatan no sekian di Indonesia.

Aku jadi inget sebuah desa yang pernah kukunjungi di jawa. Penduduknya banyakan janda. Suaminya banyak yang sudah meninggal. Dan disini merokoknya, gile, kuat bener. Tetapi ya gitu, di Indonesia, dampak kesehatan merokok masih kayak mitos. Orang gak peduli. Memang gini kali ya, standar pola pikir orang orang negara berkembang. Faktor investasi kesehatan jangka panjang kalah sama faktor instan ekonomi.

Ya sudah gini aja komentarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun