Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Obrolan Semut Hitam

17 Januari 2019   15:18 Diperbarui: 17 Januari 2019   17:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dipagi hari yang udaranya sangat dingin karena sekarang aku sedang berada di sebuah tempat di dataran tinggi. Yang mana tingkat kedinginannya pasti akan bertambah. Semua orang yang nampak berpakaian olahraga yang beragam lengkap dengan sepatu olahraga. Dengan wajah yang masih terkantuk mereka semua berjalan menuju sebuah tempat ibadah yang disebut mesjid oleh orang muslim. Semua orang harus sudah ada di sana sedari pukul 04.00 WIB. 

Mereka yang berdatangan satu demi satu, dua demi dua hingga menjadi banyak. Mengambil posisi duduk yang ternyaman ada yang mendirikan sholat tengah malam ada yang langsung duduk mengambil posisi untuk menghangatkan badan. 

Untuk menunggu azan subuh datang yang masih satu setengah jam. Kali ini aku melihat pemandangan yang berbeda, hari ini menjadi banyak sekali orang di sini. Kenapa mereka berada di sini, kenapa mereka sangat semangat bangun pagi dan duduk berbaris di dalam mesjid ini. Aku ingin menanyakan hal ini tapi entah kepada siapa. Tak ada orang yang bisa aku ajak untuk bicara. 

Tidak ada satupun yang akan mengerti bahasaku. Sampai akhirnya ada yang sejenis denganku nampak datang dari atas dan tampak masih terkantuk sambil melihat barisan orang berbaju olahraga di dalam ruangan ini. Tanpa ragu aku langsung menyapanya. Pada sebuah gordyn hijau sebagai penghalang antara barisan pria dan wanita kami memulai percakapan subuh ini.

"Hai dari mana kamu?"

"Itu biasa, abis dari tempat tidur ternyaman. Ada apa brp? Ko sendirian aja?"

"Ini sama baru bangun tidur, terus pas bangun ko kaget banyak orang ya hari ini."

"Kirain cuma aku saja yang merasakan aneh kenapa banyak orang berbaris di dalam ruangan ini."

"Nah iya, makanya itu aku menghampirimu dan aku menyapamu. Tidak ada seekor semut lain yang bisa aku ajak bicara. Tidak ada hewan lain yang ingin berbicara denganku mana bisa aku bertanya kepada mereka yang berbaris. Tidak akan ada satupun orang di sana mengerti bahasa kita iya gak?"

"Iya lah kita sama mereka berbeda. Mereka pendatang kita sudah lama di sini. Aku dan kamu penghuni asli sini. Terkadang merasa gak enak mereka datang membuat berisik membangunkan tidurku yang nyenyak. Biasanya saja walau ada orang tak pernah seramai ini ya?"

"Iya eh, jadi intinya mereka itu siapa sih?"

"Setauku tadi, sebelum bertemu denganmu. Aku bertemu dengan semut lain di atas sana. Katanya mereka sih seorang siswa yang tiada bosan untuk menuntut ilmu."

"Oh begitukah demikian? Siapa yang memberitahu temanmu itu?"

"Dia mendengarkan beberapa penghuni asli sini yang sedang membicarakan mereka ktanya. Jadi gimana? Mau dilanjut gak ceritanya?"

"Lanjut bos, maaf aku potong ucapanmu barusan ya."

"Tak apa bro. Aku lanjut ya. Jadi mereka itu siswa yang sudah tidak muda namun belum tua juga. Namun mereka sedang menuntut ilmu di tempat yang berbeda dari tempat mereka menutut ilmu biasanya. Mereka dimarahi, dibentak oleh penghuni asli sini hanya untuk mendapatkan ilmu baru dan menjadikan mereka orang yang baru, orang baru yang lebih baik dan lebih disiplin."

"Menuntut ilmu memang tak kenal waktu, usia dan tempat ya?"

"Ya iyalah bro. Mereka memang sudah tugasnya harus seperti itu. Mereka dilahirkan ke dunia ini untuk terus tidak merasa cukup akan ilmu. Mereka harus menjadi manusia yang selalu haus ilmu.Berbeda dengan kita yang tak banyak tuntutan apapun dari Tuhan kita. Kita diciptakan untuk hidup dan menjalankan tugas serta fungsi kita kenapa ada di dunia ini. Berbeda dengan mereka yang katanya diwajibkan menuntut ilmu sedari lahir hingga kembali ke pangkuanNya. Mereka harus membekali diri mereka dengan banyak sekali bekal. Dari mulai membekali diri mereka dengan jiwa yang sehat dan baik, serta ya kataku tadi dengan ilmu yang diharapkan ilmunya dapat bermanfaat bagi diri mereka dan orang banyak yang ada di sekitarnya."

"Lalu katamu tadi kan? Mereka itu siswa yang sudah tidak muda dan belum tua. Jadi mereka itu siapa sebenarnya apakah hanya siswa biasa dan siswa dengan profesi lain?"

"Iya mereka siswa yang sekaligus akan  menjadi guru bagi siswa mereka."

"Weh, udah azan ya bos. Ya udah pergi dulu ke rumahku ya."

"Iya tapi sebelum kamu pergi. Doakan mereka dulu semoga menjadi guru yang baik bagi seluruh siswa mereka. Semoga doa yang kita panjatkan setelah azan nanti antara azan dan iqomah. Doakan mereka menjadikan kegiatan ini lapangan untuk menuntut ilmu yang banyak. Karena kesuksesan anak-anak kecil saat ini ada di tangan mereka."

"Iya amiin bro. Makasih penejelasannya. Lanjutkan perjalananmu semoga kita bertemu di lain waktu."

Dia temanku sudah melanjutkan perjalanannya dan aku masih di sini di kain hijau ini masih memandangi mereka yang sebagian masih terkantuk. Aku senang melihat wajah mereka yang tampak semangat. Semoga doa temanku tadi dikabulkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun