Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen|Matahari yang Terbenam

31 Agustus 2018   09:35 Diperbarui: 4 September 2018   22:01 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Waalaikumsalam,,, mas (sambil menangis Madinah menjawab telponku) jangan yang sabar ya, Madinah mau nyampein sesuatu nih mas, tapi mas jangan sedih ya."

"Iya ada dek, ko gitu? Kamu ada masalah atau apa ini. Ibu sehat kan? Ayah sehat kan?"

"Mas.... (masih sambil menangis) udah mas dengerin aja yah. Mas, mbak Nadia tadi pagi mengalami kecelakaan tunggal di jalan raya saat berangkat ke rumah sakit. Sempat dilarikan ke rumah sakit tapi tidak tertolong mas. Mbak Nadia sudah gak ada mas,,, (tangis adek ku semakin kencang)"

Dan tiba-tiba telpon terputus. Entah apa yang harus ku ucapkan entah apa yang harus aku lakukan. Madinah tadi bilang Nadia sudah gak ada karena kecelakaan tunggal. Bagaimanalah ini? Bagaimana ini bisa terjadi bagaimana aku bisa bersabar bagaimana aku tidak bersedih bagaimana ini Ya Allah. Sesaat melamun aku cek handphone ku dan banyak seklai pesan masuk tapi tak ada satupun pesan dari Nadia. Ada pesan dari teman Nadia yang juga mengabari ku tentang kabar ini dari kakak kedua Nadia dan yang lainnya. Pagi itu mendadak aku izin untuk tidak masuk kerja karena alasan mendesak dan bosku meberikanku izin. Tak ada yang aku lakukan waktu itu kecuali melamun dan mencoba mengirimkan doa terbaik untuk Nadia. Sambil menangis sesenggukan di dalam kamar kos ku yang tidak luas ini aku sampaikan semua doa yang bisa ku berikan untuk Nadia. Lalu aku membayangkan bulan September yang telah aku rancang untuk melamar Nadia bagaimana jadinya? Bulan Desember untuk mempersunting Nadia akan bagaimana bisa aku melewatinya. Untuk melewati hari ini pun aku tak kuasa. Tanggal 28 Agustus 2018 Allah sudah memanggilmu dan aku tidak ada di sampingmu dan aku tidak bisa berbuat apa-apa di sini kecuali mendoakanmu Nad. Padahal beberapa hari lagi kita akan bertemu ditanggal 5 September Nanti. Itu sebentar lagi Nad tidak lama.

Ya allah kenapa ini semua terjadi. Aku tau Allah lebih sayang Nadia dibandingkan aku yang tak berhak apa-apa atas Nadia. Kenapa ini terjadi sekarang disaat beberapa hari lagi aku akan melaksanakan niat tulus suci ku untuk Nadia.

Nad,,,kenapa semalam kita tidak banyak cerita hanya komentarmu "aku mu menikah" yang kamu katakan padaku. Kenapa kamu gak banyak mengatakan kata-kata indah, kata-kata mu yang menjadi kalimat dan cerita tentang keseharianmu. Kenapa semalam kamu tidak bilang ke aku bahwa kamu akan menjadi seperti ini. Kenapa tidak ada kata perpisahan Nad. Kenapa tadi pagi kamu tidak menelpon ku, kenapa aku gek menelpon mu Nad. Aku Nad.. aku yang salah di sini tidak inisiatif menelpon mu. Aku pecundang yang hanya menunggu telpon dari kamu. Aku hanya lelaki yang tidak peka tidak menanyakan ketika kamu gak banyak berkata. Nad....aku lelah aku sedih bagaimana aku akan melewati hari-hari ku ke depan. Nad...setidaknya jawab pertanyaan-pertanyaanku terakhir ini.

Bayangannya seakan hadir di depanku. Dengan senyuman menawan dan indahnya Nadia seakan berkata bahwa ini semua sudah takdirnya aku jangan menyalahkan diriku sendiri tidak ada yang salah dalam hal ini. Aku hanya perlu mendoakannya supaya dia bahagia.

Ya nad... aku ikhlas bantu aku untuk selalu mencintaimu dalam hatiku dengan tidak adanya rasa penyesalan. Nad...aku yakin cintamu hanya untukku dan cintaku hanya untukkmu nad.

Selamat jalan nad,,,, Ya Allah titip Nadia kekasihku yang selalu aku sayangi. Ya Allah doaku sungguh sangat banyak untuk Nadia semoga kau berkenan mengabulkan doa ku Ya Allah. Nadia wanita yang baik, wanita yang selalu memahami situasi, mengerti semua orang yang di sekitarnya.

Nadia ......kamu bagaikan matahari yang terbenam untukku bagiku dipagi ini tak ada matahari yang menyinari dan menghangatkan hidupku lagi.

Dek,,,kenapa kamu pergi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun