Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup dalam Bayang-bayang Orang Lain

7 Agustus 2018   18:14 Diperbarui: 7 Agustus 2018   18:24 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat memulai menulis ini banyak kebingungan yang saya rasakan entah akan menuliskan apa dengan judul yang tentunya sudah kalian baca tadi. Judul di atas terinspirasi dari salah seorang dosenku di perkuliahan Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang saat itu sedang menjelaskan tentang pentingnya peran guru Bimbingan Konseling (BK) dalam dunia pendidikan. 

Dosen saya tersebut sangat lugas dalam menyampaikan. Dikatakan olehnya bahwa pemerintah pernah bilang bahwa guru BK sangat penting bahkan menjadi bamper siswa, bengkel yang dapat membetulkan siswanya dan masih banyak lagi julukan untuk guru BK. Oke bukan tentang guru BK nya yang akan kita bahas ya. Jadi saya tadi sangat tertarik tentang pembahasan mengenai penerimaan diri. 

Bahwa pada zaman sekarang sangat banyak anak, remaja bahkan orang dewasa yang rela hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Apa maksudnya dari kata-kata tersebut walau saya tidak menjelaskan pasti kalian semua tau apa maksud saya. Namun saya akan mencontohkannya dalam sebuah kasus yang nyata terjadi dan saya tidak akan menyebutkan di mana, siapa dan kapan kejadian itu terjadi. 

Ini kisah dari dosen saya yang pernah menangani seorang konseli yang sedang menghadapi masalah. Jadi, konseli tersebut dinyatakan meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit setelah dinyatakan oleh dokter mengalami penyakit gula. 

Padahal konslei ini masih duduk di bangku SMP. Banyak orang yang terkaget atas takdir yang merenggut anak ini termasuk dokter yang menanganinya merasa heran dan dilakukan beberapa kali pemeriksaan. 

Keheranan muncul  karena usia konseli yang masih kecil dan juga penyakit gula yang diderita termasuk penyakit yang jarang diderita oleh anak-anak dan biasanya diderita oleh orang dewasa. Namun dosen saya yang juga berprofesi sebagai konselor melakukan penanganan terhadap konseli ini dengan cara menanyakan kebiasaan hidupnya. Ternyata setelah dilakukan observasi dan wawancara kepada keluarga dan teman di sekolahnya. 

Anak ini memiliki obsesi ingin memiliki badan yang bagus seperti artis idolanya dan karena dia sedikit gendut makanya dia melakukan diet ketat. Setelah hasil penelurusan oleh dosen saya tersebut ternyata diagnosa dokter pun benar bahwa diet ketat lah yang menyebabkan anak tersebut hingga terenggut nyawanya akibat penyakit gula diusia yang masih belia. 

Dari kasus di atas kita dapat menyimpulkan bahwa anak tersebut memiliki kehidupan di bawah bayang-bayang orang lain yaitu artis idolanya. Hiangga akhirnya dia memutuskan untuk menyamakan dirinya dengan artis tersebut dan melakukan segala cara agar keinginannya tercapai yaitu dengan cara diet ketat tanpa pengawasan dokter atau bahkan orangtua nya. 

Kasus tersebut menjelaskan kepada kita bahwa anak ini tidak dapat menjadikan self reality nya atau keadaan dirinya. Setelah dirasakan oleh anak tetsebut keadaan dirinya tidak membuat dirinya puas karena menurut ukuran dira dirinya penuh dengan kekurangan.

Akhirnya munculah self rejaction atau penolakan diri yang menolak bahwa dirinya tidak baik seperti artis tersebut dan ingin menjadikan tubuhnya seperti artis idolanya tersebut. Maka setelah itu muncul dalam dirinya yang disebut dengan self image, dimana anak tersebut memiliki keinginan bahwa dirinya ingin seperti apa contoh dalam kasus ini ingin menjadi seperti artis idolnya.

Miris memang di zaman sekarang ini banyak sekali orang yang hidup di bawah bayang-bayang orang lain seperti ini. Banyak kasus orang operasi plastik ingin seperti seorang sosok yang menurut mereka baik dan masih banyak lainnya. 

Melihat fenomena ini berarti bahwa  mereka tidak memiliki keterampilan penerimaan diri yang baik. Salah satu cara agar kita tidak lagi hidup dalam bayang-bayang orang lain maka kita harus memiliki keterampilan penerimaan diri yang baik,  sehingga nantinya dapat menerima diri mereka dengan apa adanya kemudian memahami dirinya sehingga nantinya mereka akan dapat meneriman diri mereka apa adanya, berusaha memaksimalkan potensi yang dimiliki dan akhirnya dapat mengaktualisasikan diri mereka menjadi baik. 

Ohya semoga bermanfaat dan kalian menjadi diri kalian yang baik menerima diri kalian apa adanya mencoba terus menjadi lebih baik dengan apa yang kalian miliki dan kalian nantinya akan menjadi orang yang hebat. Ayo kita saya dan anda semua belajar untuk bangga menjadi diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun