Serasa mimpi saja namun ketika ku buka mata lebar-lebar dan aku mulai duduk mulai melihat sekitar. Ya Allah ternyata ini bukan mimpi. Ternyata ini semua sungguhan lalu bagaimana aku bisa menghadapi semua ini. Dinding kamar terasa senyap cahaya matahari seakan enggan masuk menyusuri jendelam kamar ku.Â
Mereka seakan enggan menyapa aku yang sedang kalap dirundung kesedihan. Bingung apa yang harus ku lakukan pertama kali di pagi ini, diawal hari setelah semalam semuanya terjadi begitu cepat. Kepala ku tertunduk lama, dalam sedalam-dalamnya. Tak akan ada yang mampu menggambarkan kesedihan dan kemalangan anak SMP kelas 3 ini. Akhirnya aku memutuskan untuk beranjak ke kamar mandi lagi karena ternyata aku tertidur selepas shalat Subuh.Â
Segar rasanya setalah mandi, walau yang segar hanya setengahnya hanya raga ini hati ini belum sama sekali reda akan kegusaran. Setelah mandi dan berpakaian rapi aku melanjutkan duduk termenung di atas kursi di kamar ku. Suasana rumah masih sepi maklum aku hanya anak tunggal yang tinggal di rumah ini karena kakak laki-laki ku pergi merantau ke daerah sebrang untuk bekerja. Kalian tau sendiri kan Bapa semalam meninggalkan aku dan mama ku.Â
Ohya, aku belum tau mama sedang apa dan di mana saat ini. Karena tak ada satu suarapun yang terdengar di rumah ini. Hanya suara hati ku saja mungkin yang ku dengar sendiri. Jam di dinding kamar ku menunjukkan pukul 09.00 WIB. Apakah akan baik-baik saja bila aku pergi keluar kamar dan menghampiri mama yang entah sedang apa. Akhirnya setelah berpikir panjang dan lama aku keluar rumah  dan mencari mama. Di ruang keluarga nampak lengang, di dapur pun juga, di ruang depan apalagi. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari ke kamar mama langsung. Mashaallah....
Cobaan apalagi ini ya Allah setelah ku tengok mama di kamar ternyata kamar mama kosong, tak ada siapapun di sana. Tak ada siapa-siapa di rumah aku. Menyisakan aku yang bingung sebenarnya apa yang terjadi. Isak tangis ku semakin menjadi aku kembali ke kamar ku. Aku ingat akan sesuatu hal aku ambil handphone ku. Sudah ada beberapa pesan dan beberapa telpon tidak terjawab. Aku hanya fokus pada pesan yang masuk dari kakak ku yang sudah  menikah.
[Pesan: Dari Kaka Ku]
"Dek, bagaimana kabar kamu di sana? Kamu ikut siapa jadinya? Mama bagaimana?"
"Dek, balas pesan kakak, kamu di rumah baik-baik saja kalau ada apa-apa hubungi kakak langsung ya!"
Begitulah kiranya pesan masuk dari kakak ku dan ada beberapa pesan lagi yang langsung ku buka.
[Pesan: Dari mama ku]
"Dek, maapkan mama. Ini semua salah mama, kamu tinggal milih ikut siapa tapi kali ini izinkan mama untuk menenangkan diri dulu. Kamu tak perlu tau mama ada di mana. Kalau ada apa-apa hubungi saja bapa kamu atau nggak kakak kamu. Inshaallah mereka bakal terima. Mama lagi gak mau diganggu nanti kalau mama sudah tenang mama bakal jemput kamu".