Mohon tunggu...
Ilham Paulangi
Ilham Paulangi Mohon Tunggu... Konsultan - Peminat masalah budaya, komunikasi, dan demokrasi.

menulis itu asyik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Politisi Gerobak

25 Agustus 2018   18:25 Diperbarui: 26 Agustus 2018   07:32 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah  puluhan gerobak yang rusak beberapa bulan terakhir ini. Lima diantaranya mengalami roda bengkok, melengkung  menyerupai angka delapan. Tiga lainnya hancur gara-gara terbalik, juga beberapa diantaranya pecah kaca, bahkan ada yang hangus terbakar, manalagi yang rusak kecil-kecilan.

Setidaknya itu yang berhasil dihitung oleh pengurus asosiasi gerobak di rw 05 dan rw 7, wilayah padat gerobak, di kelurahan Matahari sore ini. Belum lagi  rw lainnya. Mereka sedang berkumpul untuk membicarakan nasib yang menimpa mereka. 

"Kita harus bersatu, besok kita harus ramai-protes ke kelurahan", kata ketua asosiasi, Mas Abdoen. Kita harus meminta ke pemerintah setempat agar semua polisi tidur (traffic dump), dibongkar habis.

"Setuju pak ketua", sorak para tukang gerobak. "Kalau pak lurah gak dengerin kita, kita lapor pak gubernur, bila perlu ke presiden" kata Mas Rudy. "Wong kita yang pilih kok, sampai mereka terangkat", bisik tukang gerobak lainnya, menggerutu.

Memang kelurahan ini identik dengan gerobak, lantaran hampir setengah keluarga yang bermukim disini adalah tukang gerobak. Beberapa RW, merupakan pemukiman tukang gerobak. Ada yang masih ngontrak, ada pula yang sudah berhasil beli rumah. Ada gerobak bakso, gado-gado, gerobak ketoprak, pecel lele, gerobak nasi goreng, bubur ayam, empek-empek, combro, roti bakar, gorengan, martabak dan sebagainya. Terakhir beberapa ibu mulai merambah bisnis gerobak makanan luar, seperti kebab, takoyaki, makaroni, dan sebagainya. Mereka bekerja berkeliling kampung, dari pagi sampai malam, secara bersama maupun bergantian.

Asosiasi gerobak yang ada saat ini, telah dibentuk hampir dua tahun lalu. Tempat mereka membangun kebersamaan dan memperkuat posisi mereka. Juga bisa jadi alat loby ke pihak-pihak luar. 

Namanya "assosiasi gerobak progresif", lumayan mentereng namanya. Tak mengherankan, kebetulan pengurusnya beberapa orang berpendidikan, dan  aktif di politik. Ketuanya adalah Mas Abdoen, sering dibecandain teman-temannya sebagai politisi gerobak.  

Pengurus juga memang lumayan maju berpikirnya. Sebagian aktif di media sosial. Sebagian kecil suka main facebook. Beberapa diantaranya pernah jadi tim sukses gubernur. Bahkan beberapa diantara sudah membuat rencana untuk masuk jadi tim sukses presiden.

Sebagai rakyat bawah, para pengurus asosiasi juga seringkali mengalami dilema batin,  antara terlibat atau tidak dalam politik. Namun seperti tak ada pilihan lain. Nasib telah membawanya masuk ke politik.  Semua sudah terlanjur. Bahkan politik dianggap berjasa memperbaiki nasib mereka.

Sudah bukan rahasia lagi, gerobak-gerobak yang mereka pakai, 75 persen adalah sumbangan dari partai tertentu. Dan mereka sudah berjanji bahwa mereka bisa dibantu, tapi dengan syarat, mereka harus menjalankan program yang diinginkan oleh partai. Makanya,  banyak gerobak ditempeli gambar partai dan gambar caleg. 

Ya itulah konsekwensi yang harus ditanggung. Mereka harus bekerja untuk partai. Kalau tidak mereka bisa dianggap tak setia. Bantuan bisa dialihkan ke pihak lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun