Mohon tunggu...
Iloeng Sitorus
Iloeng Sitorus Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hidup itu seperti hubungan suam istri.\r\nKadang diatas, kadang dibawah. :D

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Listrik Riau Sebagian Dipasok Dari Sumut?

17 Mei 2014   22:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:25 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama memang pasokan listrik disebagian kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir dipasok dari provinsi Sumut. Bahkan di Kecamatan Simpang Kanan seluruh wilayahnya menggunakan listrik dari Sumut.

Hingga kini pelanggannya juga kalau beurusan dengan listrik, urusannya tetap ke Sumut. Tepatnya Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel). Namun yang menjadi nilai lebih bagi pelanggan yang berada disebagian kecamatan Bagan Sinembah dan seluruh kecamatan Simpang Kanan tidak perlu repot-repot membayar tagihan listrik ke kantor ranting wilayah Sumut itu, melainkan dikutip kerumah-rumah oleh petugas.

Nilai lebihnya lagi, desa yang listriknya dipasok dari Sumut itu agak lumayan jauh dari pusat kota Bagan Batu yang menjadi pusat pemerintahan kecamatan Bagan Sinembah. Namun mereka sudah dari dulu menikmati listrik ketimbang daerah kami yang hanya berjarak dua kilometer dari pusat kota Bagan Batu, bahkan hanya beberapa meter saja dari jalan lintas Riau Sumut. Jaringan PLN pun  masuk baru 2 tahun belakangan ini.

Lucu memang mengingat kampung kami yang terbilang cukup muda menikmati listrik negara ini dibanding desa pelosok seperti desa Bortrem Jaya dan desa lainnya yang agak terlambat dimasuki jaringan BTS selular itu.

Dulu, sebelum masuk jaringan PLN dan susah mendapatkan meteran baru walau jaringan atau tiang PLN tepat didepan rumah sendiri, harus rela menumpang listrik kepada jiran yang hampir rata-rata menjadikan ajang bisnis "penyaluran listrik". Bahkan ada yang sampai lebih satu kilometer harus rela membeli kabel standar untuk menikmati arus listrik.

Masuk PLN dulu sukar mendapatkan meteran, kalaupun sudah mendaftar bertahun-tahun tidak dapat panggilan dari PLN. Tapi ruko-ruko baru yang selesai dibangun dengan sekejap mata bisa mendapatkan meteran baru. Pernah juga dulu saya tanyakan sama biro, katanya sih meteran pindahan. Kok keliatannya seperti baru, yang baru itu calon pelanggan tidak bersedia membayar ketika ada panggilan dari PLN katanya, ya iya lah, harga pemasangan meteran baru kala itu cukup mahal, paling murah Rp. 6 juta.

Kini, sejak dua tahun terakhir, meteran yang dulunya langka sudah tidak menjadi barang langka. Bahkan salah satu biro pemasangan pernah menyatakan kalau setok barang (meteran) berlimpah untuk wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Juga ada target, dalam beberapa waktu dekat meteran harus sudah habis terjual (udah kayak distributor aja nih biro, heuheuheu..). Memang sih kala itu para biro pemasangan merangkap profesi menjadi marketing meteran PLN. Hingga tetangga saya juga sempat menjadi agen ke calon pemasang meteran yang tidak tahu harga kalau sudah turun. Saat itu hampir rata-rata dikenakan biaya Rp. 2 juta lebih, kalau tidak tahu ya ditawari Rp. 3 juta langsung disambar. Namun jika calon pelanggan PLN sudah mengetahui harga pada umumnya, maka persaingan harga pun seperti pedagang di kaki lima.

Ah, bisa dibilang cukup iri dengan desa pelosok yang jauh dari signal selular itu. Tapi kini alhamdulillah, walau sepekan yang lalu Token listrik cukup langka, tapi tidak selangka yang namanya "Tokek".

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun