Kumpulan puisi "Jangan Mati Sebelum Berguna" karya Fitri Nganthi Wani.
Sekilas tentang penulis;
Fitri Nganthi Wani, lahir di Solo, 6 Mei 1989. Sejak berusia 12 tahun, Fitri Nganthi Wani sudah menggemari tulis menulis, terutama puisi dan senang membacakan karyanya di depan siapa saja. Menulis baginya adalah sebuah peluang. Tulisan-tulisannya adalah sebuah rumah baginya. Selain menulis, ia juga gemar menonton film dan mendengarkan musik terutama yang liriknya sarat akan makna. Visi utama dalam hidupnya adalah kebahagiaan lahir bathin dan menjadi berguna.
Dalam kumpulan puisi ini, Fitri Nganthi Wani menterjemahkan luka, cinta, duka keluarga, dan peliknya kehidupan sebagai anak Wiji Thukul aktivis yang hingga sekarang tak terang keberadaannya. Sesekali dengan bahasa manis, lebih sering dengan bahasa menggeretak, memperlihatkan kegeraman dan perlawanan yang kentara sebagai perempuan. Persis seperti yang disampaikannya. Perempuan memang begini, tidak akan menawan.Â
Pada buku kumpulan puisi ini tertuang jelas bahwa sebelum kita pergi meninggalkan dunia kita harus dan bisa berguna untuk orang lain, agar kita kembali kepada Tuhan membawa bekal yang cukup. Seperti kutipan "Aku sudah mencoba mati berkali-kali tapi tidak pernah berhasil. Aku rindu dan sangat ingin pulang ke rumah Tuhan, rumahku sebelum aku diturunkan ke dunia. Dunia begitu kejam dan hanya Tuhan-lah yang benar-benar mencintaiku. Hanya rumah Tuhan-lah tempat paling nyaman dan aman. Namun Tuhan tidak juga membukakan pintu. Kupikir masih banyak hal yang harus kulakukan di dunia ini. Â Bukan hanya untuk menghabiskan waktu dan mengusir kebosanan, tapi juga sebagai syarat agar aku bisa pulang segera.Â
Penulis disini sebelum menuangkan puisinya, penulis terlebih dahulu menuangkan sebuah riangkasan cerita yang dimana cerita tersebut berisi isi-isi yang ada didalam puisinya. Dan penulis juga membuat sisipan qoute di pertengahan buku yang ia tulis.Â
Penyair hilang tak menjadikan buah persetubuhannya sebagai layaknya mereka, karena penyair di negerimu tidaklah sepertiku, karena puisi di negerimu tidaklah seperti puisiku.Â
Aku adalah kebebasan yang menjadi nakal bermain kejar-kejaran dengan sederhananya bahagia di larang-larang yang digelapkan gerhana kehidupan setengah tak dianggap.Â
Pada kalimat dua paragraf diatas menerangkan jelas tentang keberadaan masyarakat yang ada disekitar penyair tersebut dan kita sendiripun mengalaminya tanpa disadari. Dengan adanya kritikan dalam buku kumpulan puisi karya Fitri Nganthi Wani semoga para pembaca dapat berguna dan bermanfaat bagi sesama.
JANGAN MATI SEBELUM BERGUNA
BAHKAN KETIKA KAMU HARUS SENDIRIAN TETAPLAH MEMIHAK KEBENARAN