Mohon tunggu...
ILMITA
ILMITA Mohon Tunggu... Dosen - Mom Blogger

Ilmita adalah seorang ibu rumah tangga yang suka bercerita. Ia mengenyam pendidikan terakhir di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dengan gelar Magister Pendidikan. Saat ini menetap di kota kecil Painan, Sumatera Barat. Telah dikarunia seorang putri yang sering diceritakannya di blog pribadinya ceritamita.com. Meski bukan introver akut, tapi Mita lebih suka dikontak lewat chat daripada ditelpon. Senang membaca dan marathon Netflix, juga agak pecinta K-pop dan drakor. Pernah memenangkan lomba blog. Mita bisa ditemui di akun Instagramnya @ilmita2412. Capricorn, bergolongan darah O, Prokopton.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Filosofi Teras: Sebuah "Obat" untuk Tetap "Waras"

31 Januari 2023   18:19 Diperbarui: 31 Januari 2023   18:24 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Jadi tujuan utama kita untuk belajar tentang filosofi teras ini, ya supaya kita bisa hidup bebas dari emosi negative. Hidup yang cuma sekali ini bisa lebih tentram, kita jadi mampu mengambil keputusan terbaik dalam situasi apapun, kita jadi lebih adil dan jujur memperlakukan orang lain, kita jadi lebih berani dan mampu menahan diri. Intinya, jadi lebih BAHAGIA.

Dikotomi Kendali

Stoisisme percaya dalam hidup ini, ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak. Tindakan dan opini orang lain misalnya. Tidak bisa kita kendalikan, sebaliknya respon dan sikap kita atas tindakan dan opini orang tersebut, bisa kita kendalikan.

Intinya, kita tidak bisa memilih situasi kita, tetapi kita selalu bisa menentukan sikap (attitude) kita atas situasi yang sedang kita alami. Karena sikap dan persepsi kita "ada sepenuhnya di bawah kendali kita".

Lalu nanti dari dikotomi kendali menjadi trikotomi kendali. Ada hal-hal yang bisa kita kendalikan, ada yang sebagian bisa kita kendalikan dan ada yang nggak bisa kita kendalikan.

Menurut filosofi ini, KEBAHAGIAAN sejati kita, hanya bisa datang dari "things we can control", hal-hal yang di bawah kendali kita. Sebaliknya, kita tidak bisa menggantungkan kebahagiaan dan kedamaian sejati kita pada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.

Terus kita harus pasrah aja gitu? BIG NO.

Analoginya gini, ada seekor anjing yang lehernya terikat ke sebuah gerobak. Saat gerobak ini bergerak, si anjing punya dua pilihan. Ngotot pergi berlawanan arah, dengan resiko bakal ngos-ngosan sampai tercekik, atau memilih ikut arah dan kecepatan gerobak, menikmati pemandangan, menggoda anjing-anjing lain, dan tetap merasa bahagia. Memang analoginya agak kasar ya, bukan maksud menyamakan manusia dengan si guguk.

Saya membawakan analogi ini pada diri saya sendiri. Memutuskan menjadi Ibu rumah tangga, yang kesehariannya di rumah, terkesan membatasi aktifitas saya diluar pekerjaan mengurus anak dan rumah tangga. Tapi saya punya pilihan. Mau bosan, kesel, sedih terkurung di rumah, merasa insecure dan berbagai perasaan negatif lainnya, atau memilih untuk menikmati "perjalanan" ini. Membersamai tumbuh kembang anak yang menakjubkan setiap harinya, memiliki waktu yang banyak untuk keluarga, memasakkan mereka makanan yang enak dan sehat, menjadi "guru plus assessor" dalam pendidikan anak, punya waktu lebih buat meningkatkan ibadah, juga bisa punya waktu nonton drakor favorit dan marathon Netflix. Bahkan bisa punya waktu juga untuk membaca dan mereview buku ini. Saya punya kendali dan pilihan atas situasi saya, dan tentu saja saya memilih yang kedua. BERBAHAGIA.

Dikotomi atau trikotomi kendali ini, juga bisa dipraktekkan dalam banyak situasi lainnya. Saat kita belajar keras untuk ujian, berlatih sebaik-baiknya untuk pertandingan dan sebagainya. Kita bisa memfokuskan energi dan kebahagian kita pada hal-hal yang ada dibawah kendali kita, dan tidak stress atau pusing dengan hasil yang diluar kendali kita. Saat hasil ternyata nggak sesuai dengan harapan kita, secara mental kita tidak terlalu terpuruk.

Hal ini juga memupuk sikap rendah hati kita. Mengakui bahwa outcome tidak ada di bawah kendali kita sepenuhnya juga penting saat kita menikmati keberhasilan. Saat sedang sukses, kita tidak terlena bahwa semua ini hasil "upaya saya sendiri". Kesuksesan juga dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kendali kita, jadi kita nggak sombong. Nggak terpuruk saat gagal dan nggak tepuk dada saat sukses. Gituuuu..!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun