Mohon tunggu...
Ilma Susi
Ilma Susi Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

R20 Ungkap Banyak Masalah Berlatar Agama, Agama Bukan Sumber Masalah

15 November 2022   01:09 Diperbarui: 15 November 2022   01:31 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : liputan6.com

Pemerintah RI telah mendukung dan mengapresiasi penyelenggaraan even Religion of Twenty atau R20 di Nusa Dua, Bali. Acara yang diinisiasi Nahdlatul Ulama dan Rabithah 'Alam al-Islamy ini berlangsung 2 hingga 3 November 2022.Hadir dalam acara tersebut Rais 'Aam PBNU K.H. Miftahul Akhyar dan Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, serta Sekretaris Jenderal Rabitah al-'Alam al-Islami, Syekh Mohammed Al-Issa. Disamping itu juga dihadiri oleh 150 pemimpin agama dari berbagai negara serta 250 partisipan domestik. Tak ketinggalan hadir dalam acara ini, Mantan Wapres Jusuf Kalla serta  Mahfud MD. (liputan6.com,2/11/22).

Kesepakatan pun dibuat untuk agenda berikutnya, dimana untuk tahun 2023, R20 akan berlangsung di India. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf  mengatakan bahwa  Forum Agama G20 ini akan membahas upaya menjadikan agama sebagai solusi permasalahan global.

Pada kesempatan itu, Syekh Mohammed al-Issa selaku Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (MWL) mengatakan,  banyak masalah di dunia ini yang dilatari agama. Karenanya, menurutnya sudah sepatutnya untuk bersama-sama membangun perdamaian. Pernyataan ini bernada tendensius karena seakan agama merupakan sumber perusak perdamaian.

Benarkah Agama Sebagai Sumber Masalah?

Menurut Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi, agama bukan sumber masalah dunia. Hal itu diungkap dalam kanal YouTube Peradaban Islam. "Konflik-konflik besar di dunia internasional pada saat sekarang ini bukan karena faktor agama," tuturnya di acara, "R20, Dialog Antaragama, Solusi Peradaban Dunia?", Senin (07/11/2022).

Sebagai contoh, Konflik Rusia versus Ukraina, tidak ada hubungan konflik kedua negara tersebut dengan agama (islam), mengingat kedua negara tersebut mayoritas penduduknya beragama Nasrani.

Menurut Farid, konflik-konflik di dunia berkait erat  dengan kebijakan politik negara-negara kapitalis di masa lalu.  Karakter negara-negara yang berbasis ideologi kapitalisme menggunakan metode baku guna menyebarkan ideologinya, berupa penjajahan. 

Bentuk penjajahan ini bisa beragam semisal invasi militer, atau merancang sistem ekonomi kapitalisme global yang menghapus tarif-tarif yang dianggap menghambat lalu lintas bisnis skala dunia. Penjajahan juga berupa investasi global, termasuk keharusan hutang senjata bagi negara pengikut. 

Krisis yang terjadi pada negara-negara Timur Tengah seperti di Irak, Suriah, Yaman bukan semata masalah dua negara tersebut. Namun karena negara-negara Barat melalukan intervensi di negara-negara tersebut untuk merampok kekayaan alam, utamanya  minyak.

Upaya Memecah Belah

Isu-isu agama merupakan rekayasa yang dirancang oleh negara-negara imperialis untuk memecah belah. Isu ini dibuat sebagai alat untuk menuduh Islam dan kaum muslim seolah menjadi sumber masalah.  

Di mana ada konflik di dunia, bisa diprediksi di situ  ada Amerika, negara-negara Eropa atau Cina. Karenanya, dialog antarumat beragama tak akan pernah bisa mengurai  konflik, karena  persoalannya memang bukan agama. Akar masalahnya  terletak pada ideologi imperialistik kapitalisme yang bekerja skala dunia.

Sementara itu munculnya dialog antar umat beragama tidak lain karena kelompok-kelompok resmi dari agama-agama di dunia termasuk Vatikan, sekalipun mereka sebagian besar hidup dalam sistem negara kapitalis. Proyek ini didanai oleh sistem negara yang imperialistik, demi kepentingan politis mereka. 

Menjinakkan Islam

Dalam kanal YouTube  tersebut, Farid mengungkapkan, dialog antaragama ini bertujuan untuk menjinakkan Islam dan sejalan dengan kepentingan negara- negara kapitalis. Hal itu karena dialog antarumat beragama berbasis pada persamaan antaragama. Aspek yang dicari bukan kebenaran agama, melainkan persamaan agama.  Padahal seharusnya manusia itu mencari agama yang benar yang memberi kebaikan pada umat manusia.

Kalaulah musti ada, seharusnya, dialog antar agama itu dimaksudkan untuk mencari kebenaran. Hal itu merujuk pada apa yang dilakukan oleh Rasulullah tatkala mengajak orang-orang kafir jahiliyah. Rasul  menunjukkan kebenaran islam seraya membongkar kesalahan-kesalahan agama mereka. Tampaklah  terang benderangnya islam hingga mudah untuk mengajak masuk dalam agama ini.

Oleh karena itu, penolakan klaim kebenaran (seperti yang digagas dalam dialog antarumat beragama) ini mengandung  bahaya tetsembunyi. Dari sisi keyakinan juga sangat berbahaya. Bagaimana mungkin menyamakan antara agama yang menyembah berhala dengan agama yang benar.  

Dialog antar agama berpeluang memunculkan keraguan dalam diri umat Islam terhadap ajaran Islam. Padahal kebenaran mutlak itu ada dan bisa diperoleh lewat metode akliyah, yaitu melalui proses berfikir, sebagaimana diajarkan Islam.

Hal itu terkait kepentingan ideologis. Dialog antar umat beragama ini juga terkait dengan kepentingan politik. Di era perang dingin, dialog antarumat beragama ditumbuhsuburkan, disuport biayanya oleh negara-negara Besar Kapitalis itu untuk berhadapan dengan Uni Sovyet. Lebih jauh dialog antara umat beragama ditujukan untuk menghadang kebangkitan Islam yang mana gejalanya semakin mengemuka.

Karenanya, tak aneh bila  ajaran Islam seperti jihad dan Khilafah sering mereka angkat untuk dikriminalisasi. Padahal, jihad merupakan kewajiban dari Allah Swt. yang dengannya akan memunculkan perlawanan terhadap imperialisne. Di sisi lain itu, Khilafah Islamiah meniscayakan untuk  menyatukan umat Islam seluruh dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun