Mohon tunggu...
Ilma Susi
Ilma Susi Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Citayam dalam Perspektif Islam

9 Agustus 2022   11:14 Diperbarui: 9 Agustus 2022   11:21 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber image: Kompas.id

Nama Citayam Fashion Week (CFW) sangat populer. Publik awalnya membicarakan munculnya CFW  ini lebih bernuansa merendahkan, namun belakangan menjadi perbincangan yang serius. CFW  merujuk aktifitas remaja di tempat penyeberangan di stasiun kereta api di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Zebra cross itu digunakan sebagai catwalk oleh para ' model'.

Banyak jurnalis yang mengatakan fenomena Citayam merupakan fenomena kembalinya kota kepada warga. Banyak juga yang mengidentikkan gerakan Citayam sebagai gerakan anti mainstream
yang seolah-olah memberi ruang kepada kelompok yang selama ini berada pada tempat marginal. Kelompok yang seakan tersisih.

Sementara itu ahli geostrategi dari Institut Muslimah Negarawan (ImuNe) Dr. Fika Komara mengatakan, fenonena Citayam harus melihat dari perspektif Islam. Hal itu sebagaimana tuturnya dalam acara Rubrik Muslimah Negarawan: Pemuda Citayam: Bergaya atau Tak berdaya? Senin (25/7/2022) melalui kanal Peradaban Islam.id.

Pembangunan Ala Kapitalistik

Masih menurut Fika, fenomena Citayam merupakan akibat dari pembangunan yang bersifat kapitalistik. Penbangunan model ini hanya berpusat pada materi inus perhatiannya pada pembangunan manusia. Menurutnya, pembangunan dengan sifat ini bakal menghasilkan kerusakan di tengah masyarakat. Hal itu ditandai dengan dihasilkannya manusia yang sekuler, individualistis, konsumtif, liberal, oportunis, serta hedonis. Kerusakan yang paling nampak adalah konsumerisme, serta liberalisasi keluarga muslim melalui industri gaya hidup. Pembangunan perkotaan yang kapitalistik ini riskan melahirkan  kesenjangan.

Pemodal pembangunan kebanyakan dari investor swasta.  Merekalah pemeran atau aktor pembangunan, sedangkan Pemerintahan Daerah  hanya melakukan fungsi regulasi dan memberi izin. Sistem ini memberi ruang dalam  proses pemberian izin maka terjadilah transaksi tak sehat, seperti praktek gratifikasi berupa upeti yang musti disetorkan. 

Dengan modal pembangun yang bersifat ribawi, aktor pembangunnya dilingkupi budaya gratifikasi guna memuluskan proyek. Wajar jika pembangunan ini tidak membuahkan keberkahan. Kemacetan, keruwetan dan  banjir  seakan menjadi cirikhasnya. Namun ada yang lebih bahaya dari itu, yaitu kerusakan aspek mental, narkoba, pergaulan bebas, L68T dan lain-lain.

Bangunan Masyarakat Islam

Bangunan masyarakat  Islam berbeda dengan kapitalisme.  Pembangunan mental dan ruh merupalan aspek yang sangat diperhatikan dalam pandangan Islam. Sebelum membangun peradaban yang megah dengan kecanggihan  teknologi, didahulukab  pembangunan mental masyarakatnya.

Sebuah hadis menyebutkan, Al-Madnatu kal kr. Dalam hadis ini, Rasulullah menggambarkan kota Madinah itu sebagai tungku api yang membersihkan dari kotoran-kotoran masyarakat. Debu debu  pemikiran dan akidah yang tidak benar akan hilang terbersihkan oleh peradaban Islam. Peradaban yang lahir sebagai hasil dari penerapan Islam secara menyeluruh dalam semua segi kehidupan.

Gambaran kehidupan Islam adalah menggabungkan materi dengan ruh.  Iman kepada Allah sebagai ruh yang terwujud dalam perbuatan-perbuatan takwa di tengah masyarakat. Makna kebahagian bagi penduduknya adalah rida kepada  Allah.

Merujuk pada pendapat Imam al-Mawardi, kita bisa membangun dunia termasuk membangun perkotaan, masyarakat urban yang beradab. Menurutnya,  masyarakat  yang beradab, wajib menanamkan 6 kaidah pokok.
Pertama, agama yang dianut (agama resmi negara); kedua, pemimpin yang berdaulat; ketiga, keadilan sosial bagi seluruh rakyat; keempat, keamanan dan ketentaraman masyarakat; kelima, negeri yang subur; keenam, cita-cita luhur.

Sebaliknya, bila agama sejak awal sudah tidak dipakai dan diabaikan dalam urusan  publik, tidak terlalu hadir dalam tata ruang perkotaan dan mempersiapkan generasi mudanya, termasuk kebutuhan geberasi mudanya  untuk diakui dan diberi apresiasi, maka munculnya problem pada generasi muda merupakan sebuah keniscayaan.

Pentingnya Arah Dakwah

Dakwah Islam bukan semata-mata membuat seseorang hijrah secara individual, tetapi dakwah Islam juga harus memberi sentuhan pada isu-isu yang lebih makro, hijrah peradaban, bagaimana masyarakat muslim perkotaan itu mengenal pembangunan perkotaan yang baik dan benar sesuai arahan Islam.

Karenanya para dai dan daiyah perkotaan harus bisa merespons fenonena Citayam ini dari segala sisinya. Agar berkomitmen mengembalikan kehidupan Islam ini tergambar di benak masyarakat perkotaan, generasi perkotaan, membangun mental mereka, membangun cita-cita generasi mudanya.

Penyatuan aspek  materi dan ruh pada konten dakwah, seharusnya juga mengisi ruang-ruang publik dan menjadi inspirasi utama buat anak-anak di Citayam dalam mengekspresikan dirinya. Ekspresi ketaatannya kepada Allah dimana ini bakal menjadi gaya hiduo mereka,  bukan sekadar eksistensi dan aktualisasi diri.

Pengemban dakwah di perkotaan harus mampu menangkap tantangan ini. Para dai harus betul-betul menguasai medan dakwah, melakukan observasi medan dakwah sehingga memiliki pemahaman utuh pada setiap peristiwa. Observasinya terhadap realitas daru setiap peristiwa lantas dijadikan materi dakwah dikaitkan dengan Al-Quran dan hadis tentang ruang hidup perkotaan dan tantangan generasi. Kerana Generasi muda bukan persoalan yang terpisah dengan keruangan, karenanya ruang ini harus diperhatikan menjadi medan dakwah hingga terjadi perubahan menuju peradaban kota yang mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun