Mohon tunggu...
Ilman Fakhrizky
Ilman Fakhrizky Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlanga

Advokat untuk kota yang layak huni dan kesetaraan sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Buku Ketika Sejarah Berseragam

18 November 2022   20:39 Diperbarui: 18 November 2022   20:42 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pilar politik atau militer menjadi menonjol dalam pemerintahan di bawah pemerintahan Suharto, atau yang populer disebut sebagai era Orde Baru, Istilah "Orde Baru" (biasa disingkat menjadi "Orde Baru") mengacu pada pemerintahan Presiden Jenderal Soeharto di Indonesia. Orde Lama yang mengacu pada pemerintahan Sukarno digantikan oleh Orde Baru. Orde 11 Maret 1966 menandai dimulainya secara resmi Orde Baru.

Soeharto memilih sejumlah besar pejabat negara atau pemerintah semata-mata karena alasan politik. Karena fungsi gabungan para pejabat tinggi di bidang pertahanan dan sosial politik, penting untuk melihat lebih dekat Keterwakilan Militer di Masa Lalu untuk memahami posisi kuat militer dalam masyarakat Indonesia. Era Orde Baru merupakan salah satu era krusial dalam penulisan sejarah Indonesia.

Ada banyak kampanye atau cerita propaganda pada masa itu yang dapat memengaruhi opini publik Indonesia demi tujuan bersama. Ini terjadi saat Nugroho Susanto, salah satu tokohnya, muncul. Dia bekerja sebagai sejarawan di bawah Orde Baru dan beralih menjadi pejuang kemerdekaan antara tahun 1945 dan 1949. Sebelum diangkat menjadi penulis sejarah utama ABRI (Dari tahun 1959 hingga 1999, angkatan bersenjata Indonesia dikenal sebagai Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, atau ABRI. 

Seorang Panglima ABRI membawahi Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian (dikenal sebagai Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak 1969), yang terdiri dari ABRI.) , dia memiliki minat di bidang militer. Sementara itu, selama Orde Baru, militer Indonesia sering digambarkan pantang menyerah dan menggunakan kekerasan untuk memaksakan kehendaknya kepada rakyat.

Bab 1: 1 Sejarah dalam pengabdian kepada Rezim yang Otoriter

Penulis membahas panjang lebarnya tradisi penulisan sejarah Indonesia pada bab pembuka. Penulis juga memaparkan berbagai tantangan dan metodologi penulisan sejarah Indonesia pertama kali. Hal ini ditunjukkan ketika penulis mulai berbicara tentang peristiwa sejarah yang telah dilalui negara ini. terutama dari tahun 1950 dan 1965. Penulisan sejarah Indonesia selalu dimaksudkan untuk menanamkan rasa nasionalisme pada masyarakat Indonesia.

Penulis juga mengkontraskan penulisan sejarah Indonesia antara era Demokrasi Terpimpin dan era Orde Baru dalam bab ini. Era Orde Baru lebih banyak menghasilkan karya sejarah dibandingkan era Demokrasi Terpimpin. Kami dapat dengan jelas melihat perubahan antara dua waktu ini, tentu saja. dan kemajuan dengan cara ini. Karya-karya era Orde Baru dan demokrasi terpimpin memiliki persamaan dan perbedaan tertentu. Jika literatur sejarah dari kedua era memiliki tujuan yang sama untuk mempromosikan nasionalisme, maka akan ada kesamaan.

Sebagaimana diketahui, tatanan Indonesia yang notabene masih cukup rapuh terancam kehadiran banyak orang yang pada saat itu kurang memiliki rasa nasionalisme. Oleh karena itu, keberadaan tulisan sejarah turut mendukung rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Bedanya, pada masa Orde Baru lebih ditekankan peran penting militer dalam pelajaran sejarah. sedangkan era Demokrasi Terpimpin menitikberatkan pada cita-cita revolusi. Namun, penelitian sejarah masa depan hanya diperbolehkan untuk fokus pada periode Orde Baru. Inilah yang mereka lakukan untuk mendukung klaim mereka untuk bertanggung jawab.

BAB 2 Nugroho Notosusanto dan Awal Mula Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata

Pada bab ini menjelaskan tentang biografi seoriang Selain menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Direktur Pusat Sejarah ABRI (1965--1985), Nugroho Notosusanto adalah salah seorang propagandis terkemuka di masa kediktatoran rezim Orde Baru. Dia termasuk generasi ke-45 yang pernah hidup di bawah pendudukan militer 1941-45 Jepang. Ia mulai berpikiran sama dengan Jenderal Nasution dan Presiden Soeharto akibat hal tersebut. Karena itu, dia menjadi terkenal selama era Orde Baru.

Selain itu, Nugroho terkenal dengan keterlibatannya di kalangan akademisi. Dia menjabat sebagai ketua Senat Fakultas Sastra. Jenderal Nasution mengangkat Nugroho sebagai Kepala Pusat Sejarah ABRI pada tahun 1964, dan dalam kapasitas inilah ia melahirkan prakarsa-prakarsa sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun