Mohon tunggu...
Ilman Fakhrizky
Ilman Fakhrizky Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Airlanga

Advokat untuk kota yang layak huni dan kesetaraan sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Car Free Day Everyday? Mengurangi Kendaraan Bermotor untuk Tata Kota Lebih Baik?

22 Juni 2022   14:01 Diperbarui: 22 Juni 2022   14:05 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melarang mobil, adalah pernyataan yang pasti akan menimbulkan beberapa kontroversi. Terutama ketika mobil memainkan peran integral dalam kehidupan dan ekonomi kita sehari-hari. Tetapi infrastruktur mobil dan kota yang berbasis di sekitarnya mungkin tidak memiliki kepentingan Anda. 

Mari kita lihat statistik menurut The World Death Statistics tahun 2019 Setiap tahun, sekitar 1,2 juta orang tewas dalam kecelakaan kendaraan bermotor di seluruh dunia ini jauh melebihi dari 406.000 orang meninggal akibat senjata api di seluruh dunia angka tersebut lebih dari setengah penduduk ibukota Jawa Timur, Surabaya. 

Jika kita memasukkan cedera dan kecacatan terkait kecelakaan mobil, jumlahnya naik hingga 50 juta. Itu hampir sepertiga penduduk Jawa Timur.

Tidak hanya kecelakaan mobil saja yang merupakan bahaya yang berasal dari sebuah mobil tetapi ada juga yang lainnya seperti emisi gas dan polusi. Diperkirakan 7 juta kematian per tahun terjadi karena polusi udara. 

Orang mungkin berpendapat bahwa jika orang-orang beralih ke mobil listrik dan self driving dapat mengurangi masalah seperti itu. Sementara argumen itu mungkin ada benarnya, masalah mendasar perencanaan kota yang berpusat pada mobil atau mobil bukan hanya berapa banyak orang yang terbunuh atau terluka olehnya secara langsung atau tidak langsung tetapi ini adalah masalah sosial dan ekonomi.

Coba renungkan sejenak berapa banyak ruang yang telah diambil dari pejalan kaki untuk dialokasikan untuk mobil. Jalan raya, tempat parkir, dan jalan tol lebih dari 40% kota kita telah diambil alih oleh kendaraan bermotor. ruang yang dapat digunakan untuk kota yang lebih layak huni, seperti taman umum, perumahan, dan fasilitas umum lainnya. 

Kota yang berpusat di sekitar mobil cenderung memperkuat segregasi antara si kaya dan si miskin. pinggiran kota yang bagus, tempat-tempat yang memiliki pendidikan berkualitas baik dan pekerjaan bergaji tinggi biasanya didominasi dan hanya dapat diakses oleh kendaraan bermotor dan tidak memiliki transportasi umum sehingga menyebabkan ketimpangan sosial yang mengakar.

Anda mungkin bertanya, "Bukankah membatasi mobil di area tertentu menyebabkan tempat yang bisa dilalui mobil menjadi lebih ramai" atau "Bagaimana orang bisa bepergian tanpa mobil mereka." 

Pertama-tama, yang terjadi sebaliknya menurut Mary Wisniewski seorang penulis dari Chicago Tribune, dalam artikel yang dia tulis menjelaskan bahwa pelebaran jalan dan membuat mengemudi lebih mudah dan lebih cepat menyebabkan beberapa orang melakukan lebih banyak perjalanan mobil daripada yang seharusnya, dan untuk tinggal lebih jauh dari tempat kerja dan tujuan lainnya, sementara beberapa perusahaan akan memilih untuk mencari tempat yang lebih jauh dan jauh dari transit. 

Sederhana kok kalau dipikir-pikir semakin mudah mengendarai kendaraan bermotor semakin banyak orang yang akan pergi begitu juga sebaliknya. 

Dan kedua, masih banyak lagi desain kota yang lebih efisien untuk pejalan kaki dan angkutan umum lain yang tersedia jika pemerintah memperketat pengawasan kendaraan bermotor.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun