Mohon tunggu...
Ilham Wakhid
Ilham Wakhid Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Amatir

Menyukai Banyak Hal / Amatir Dalam Segala Bidang

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Tarawih di Masa Pandemi

1 Mei 2020   10:13 Diperbarui: 1 Mei 2020   10:30 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Falaq Lazuardi on Unsplash

Tidak seperti bulan ramadhan tahun-tahun sebelumnya, dimana kita biasa menjalankan aktivitas dengan leluasa khas bulan ramadhan seperti berjamaah tarawih, bukber bersama teman dari mulai sekolah sampai kantor (lengkap dengan segala drama dibelakannganya) serta dengan senang hati pergi keluar sambil menunggu adzan berkumandang sambil membeli beberapa takjil seperti kolak dan gorengan di pinggir jalan atau oleh masyarakat sering disebut dengan ngabuburit, bulan ramadhan tahun ini cukup berbeda karena adanya wabah berupa pandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 sedikit banyak mengubah kebiasaan kita sebelumnya misal saja yang dulunya malas mencuci tangan sekarang sebisa mungkin mencuci tangan baik dengan hand sanitizer maupun dengan dengan sabun dengan rajin. 

Selain itu juga demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan diterapkannya social distancing atau phisical distancing, memakai masker ketika keluar dan dianjurkan untuk stay at home (tetap di rumah) apabila tidak memiliki kepentingan (mendesak).

Bulan ramadhan tahun ini dengan diberlakukannya social/phisical distancing baik sholat wajib 5 waktu, jumat serta tarawih untuk sementara waktu tidak dilaksanakan di masjid melainkan dirumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19 serta menghidari kerumunan. 

Dengan penerapan social/phisical distancing tersebut menimbulkan fenomena yang unik yaitu imam baru alias dadakan di rumah, sebagian orang banyak yang merasa kelimpungan termasuk saya sendiri saat harus shalat tarawih di rumah dikarenakan terbiasa berjamaah dan menjadi makmum saat shalat membuat sebagian orang canggung saat untuk ngimami (memimpin) shalat dirumah apalagi shalat tarawih dengan 23 rakaat (20 tarawih disambung dengan 3 witir).

Di tahun ini seakan kita dipaksa untuk menjadi imam shalat bagi keluarga maupun diri sendiri (individu). di Fase ini kita menjadi imam baru (dadakan) yang mau tidak mau harus mempersiapkan diri dengan baik karena kita adalah imam sebagaimana memiliki arti pemimpin dalam pelaksanaan shalat.

Walaupun sejak semasa sekolah saya sering ngimami teman-teman dalam hal ini sering gantian menjadi imam saat berjamaah. Menjadi imam saat shalat tarawih saya rasa butuh perbendaharan hafalan surat lumayan banyak ditambah hafalan yang sudah mulai terlupa butuh kembali untuk di-recall.

Mana mungkin kita akan terus mengulang surat yang sama misal saja qulhu (Al-Ikhlas) atau ina atoina (Al-Kautsar) sampai rakaat 23 terus menerus? 

Selain karena akan diprotes makmum, qulhu teroossss! Masa suratnya itu terus mas? walaupun sah-sah saja mengulang surat yang sama (apalagi yang memiliki kemampuan hafalan terbatas). 

Namun alangkah lebih baik kita juga mulai menghafal surat lainnya, mengingat ulang hafalan surat yang mulai terlupa. Selain mendapat pahala serta bernilai ibadah juga melengkapi perbendaharaan hafalan kita juga bisa kita realisasikan saat melaksanakan shalat.

Di masa pandemi ini sebenarnya kita selain dipaksa (demi kebaikan) bersama dalam mencegah serta memutus mata rantai penyebaran Covid-19 untuk tetap di rumah, juga banyak belajar kembali kepada fitrah kita terutama sebagai laki-laki untuk mampu menjadi imam (pemimpin) yang baik dalam keluarga maupun individu, baik dalam ranah rumah tangga maupun ibadah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun