Mohon tunggu...
Muhammad Ilham
Muhammad Ilham Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

PERUBAHAN STRUKTUR TERUMBU KARANG DI PULAU KARIMUNJAWA

7 Juni 2017   08:50 Diperbarui: 7 Juni 2017   08:50 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih ingatkah dalam benak kita berita sebuah kapal tongkang yang mengalami kerusakan dan terdampar di Pulau Karimun Jawa? belum lama ini juga terjadi kerusakan kapal pesiar karena pasang surut yang terjadi di perairan wisata Raja Ampat Papua? Memang berita ini bukan berita headlines di media massa namun terdengar miris bagi negara kita. Coba bayangkan berapa besar negara Indonesia harus mengalami kerugian ketika harus menarik kapal yang karam. Tidak hanya dalam bidang materi tetapi juga yang paling utama adalah kekayaaan biodiversitas yang hancur dalam waktu sekejap yaitu terumbu karang padahal proses pertumbuhannya sangat lama yakni memakan waktu hanya 1-2 cm/tahun saja.

Indonesia memiliki memiliki luas kepulauan sekitar 1.904.569 juta km2 dengan luas laut sekitar 96.079,15 km2 memiliki kekayaan biodiversitas didarat maupun dilaut yaitu salah satunya terumbu karang di Taman Nasional Karimun Jawa. Secara administratif wilayah ini termasuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Dati II Jepara, Jawa Tengah. Tipe dasar perairan di Kepulauan Karimunjawa mulai dari tepi pulau adalah pasir, makin ke tengah dikelilingi oleh gugusan terumbu karang mulai dari kedalaman 0,5-20 meter. Pada bulan Januari dan Februari 2017 terjadi kerusakan cukup besar pada terumbu karang di Karimunjawa akibat dari terdamparnya kapal tongkang. Walaupun tidak sebesar kerusakan terumbu karang yang terjadi di Raja Ampat namun kerusakan terumbu karang yang terjadi di Karimunjawa ini tetap menjadi hal yang merugikan negara Indonesia karena harus kehilangan investasi kekayaannya yang berupa biodiversitas laut sebab terumbu karang sendiri dapat dikatakan sebagai tempat atau rumah bagi biota-biota laut seperti ikan untuk saling berasosiasi, mencari makan, tumbuh dan berkembang. Sehingga dengan adanya kerusakan terumbu karang itu berarti tempat tinggal dan tempat hidup berbagai macam biota laut juga akan terusik serta dapat mengganggu keberlangsungan hidup dan keanekaragaman di dalam laut. Dari pantauan Tim Indonesian Coralreef Action Network dan Lembaga Swadaya Masyarakat Alam Karimun yang melakukan penyelaman, luasan area terumbu karang yang rusak mencapai 1600 meter.

Namun, kerusakan terumbu karang di kepulauan Karimunjawa ini bukan hanya terjadi pada baru-baru ini saja tetapi sudah mulai terlihat sejak beberapa tahun silam sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi yang berkepanjangan. Seperti yang telah dipaparkan dalam hasil penelitian oleh Riveral Hikmal dari Universitas Indonesia pada tahun 2009 tentang kerusakan terumbu karang di kepulauan Karimunjawa. Dalam hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terjadi penurunan jumlah luas terumbu karang pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Pada tahun 2006 luas terumbu karang di karimunjawa mencapai 6647,49 ha akan tetapi terjadi penurunan pada tahun 2009 menjadi 6012,31 ha.

Perubahan struktur terumbu karang di pulau Karimunjawa menyebabkan pola persebaran ikan karang menjadi kurang terkontrol dan beberapa fungsi ekologis dari terumbu karang tersebut menjadi hilang yang berakibat pada keterancaman beberapa biota yang eksis berasosiasi dengan terumbu karang. Beberapa aktor yang menjadi pelaku dari perubahan struktur ini ialah adanya aktifitas manusia dan proses alami lingkungan. 

Berbagai aktifitas manusia seperti pembangunan pesisir untuk perumahan, pelabuhan dan pembangunan marina bay, kegiatan pemboman ikan, penggunaan potasium serta pembuangan limbah industri dan rumah tangga dapat meningkatkan tingkat kerusakan terumbu karang di Pulau Karimunjawa. Proses alami lingkungan dapat juga berpengaruh terhadap fenomena ini seperti bencana La Nina, El-Nino, peningkatan suhu permukaan air laut sehingga terjadi efek pemutihan terumbu karang (bleaching), predasi oleh Bulu Seribu (Acanthaster plancii), dan aktivitas ikan kakak tua.

Oleh karena itu, perlu kerjasama antara pihak pemerintah, masyarakat, pihak industri dan CSR dalam rangka dan pemanfaatan sebagai sumber daya laut dan menjaga kelestarian lingkungan khususnya terumbu karang sebagai aset dimasa mendatang bagi kehidupan laut yang menunjang kehidupan manusia. Pengawasan yang lebih intensif sebagai bagian dari implementasi peraturan perundang-undangan dari lembaga lingkungan hidup terhadap penangkapan ikan,  kegiatan pariwisata dan pembangunan industri di wilayah pesisir. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah rehabilitasi terumbu karang terhadap terumbu karang yang telah rusak dapat dilakukan dengan menggunakan Metode transplantasi artifisial reef dan relokasi serta metode Biorock.

transplantasi-59375b6cf5591f055e1b39f2.jpg
transplantasi-59375b6cf5591f055e1b39f2.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun