Mohon tunggu...
ILHAM SUMARGA
ILHAM SUMARGA Mohon Tunggu... Guru - Buruh Pendidik

Sebuah celotehan dalam tulisan~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Harapan Pendidikan Kita di Era Disrupsi

18 Desember 2019   18:12 Diperbarui: 18 Desember 2019   18:13 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: islam.nu.or.id

Pepatah kuno berkata: "Hari ini lebih baik dari kemarin, kita beruntung. Hari ini sama dengan kemarin, kita merugi. Hari ini lebih buruk dari kemarin, kita orang sial.

Nampaknya, hanyalah perubahan yang kekal dan abadi, selebihnya tak akan pernah ada yang kekal. Perubahan adalah pasti, zaman ke zaman, masa ke masa, mempunyai anak permasalahannya sendiri.

Begitupun yang terjadi dalam dunia pendidikan kita hari ini. Teropong makro akan pendidikan Indonesia, masih dari harapan yang ada. Realitas membuktikan, masih banyak ketimpangan dalam dunia pendidikan. 

Kemeratan pengajar yang potensial, infrastruktur gedung bangunan, dan alat-alat penunjang pendidikan, masih jauh dari harapan yang ada. Perubahan dari manusia sudah dimulai, tentu, pendidikan harus meneropong peluang-peluang yang ada.

Era Disrupsi menuntun pemerhati pendidikan segera melek akan teknologi informasi. Kelihatan dari perilaku anak didik pun berganti. Kemenarikan pembelajaran tak lagi tentang kelas hari ini, namun ada di gengaman ponsel dalam tangan.

Kompleksitas permasalahan pendidikan Indonesia tak pernah berhenti, jika di identifikasi secara rinci, dengan angket kebutuhan pendidikan dengan kajian holistik komprehensif, terlihat belum cukup untuk memaparkan permasalahan yang ada.

Pendidikan kita, sedang dalam proses mencari, dan mencari. Ibarat anak muda, yang tersesat dalam sebuah labirin gelap, berusaha mencari jalan keluar, dengan melihat setitik cahaya di ujung sana. Ya! itulah harapan.

Pembelajaran yang terjadi di kelas, nampaknya menampilkan tentang keteraturan. Saat terjadi permasalahan, penyelesaiannya pun normatif pada hal-hal keteraturan. Tidakkah kita membentuk paradigma baru, dengan berani menyandingkan permasalahan yang ada, dengan kesemerawutan? 

Tidakkah teorema matematika mengatakan negatif diadu dengan negatif menjadi positif -(-)=+?

Formulasi baik tentang nasib pendidikan hari ini akan terus mencari dan menggali dengan bentuk keberagaman yang ada.  Era berganti, namun pendidikan kita terus menerus mencari.

Nasib pendidikan hari ini, bukan menyoal tentang birokrasi yang mementingkan prosedural normatif dan regulasi. Dan nyaris tak pernah menyentuh soal subtansi, sejatinya: Pola literasi dari setiap anak itu yang jauh didorong untuk menentukan nasib pendidikan hari ini.

Era disrubsi, mari kita pandang bersama sebagai sebuah peluang baru, harapan baru, terlebih untuk dunia pendidikan hari ini. Perubahan di alam pendidikan kita, nampaknya harus disegerakan, jika tidak, mustahil cahaya itu kita lihat, dan lepas dari labirin gelap.

Manfaatkan teknologi, jangan larang anak untuk mengeksplorasi tentang pengetahuan teknologi, dorong anak muda kita untuk mengetahui kebaruan yang ada setiap detiknya. 

Perubahan dimulai tidak dari generasi tua, namun, perubahan yang baik dimulai dari generasi mudanya. Nasib Pendidikan Indonesia di era disrupsi tidak lagi menjadi ketakutan kita, tapi kekuatan kita.

Kita tidak lagi menghadapi masalah dengan keteraturan. Coba formulasi paradigma baru, dengan memecahkan masalah, yang di adu dengan kesemerawutan yang ada. Bisa jadi, kedepan, nasib dan harapan pendidikan di era disrupsi lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun