Mohon tunggu...
Ilham Sinatrio
Ilham Sinatrio Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Seorang pelajar yang mencintai olahraga dan suka membaca segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan serta mulai tertarik pada dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Membangun Mimpi Masuk Piala Dunia

21 Juni 2019   08:40 Diperbarui: 21 Juni 2019   21:04 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trofi Piala Dunia (google.com/sport.detik.com)

Piala Dunia, ya sebagian orang mungkin mengenal turnamen ini sebagai salah satu kompetisi yang memiliki gairah keolahragaan yang melebihi event-event lain. Dalam event ini letak semua harga diri dan totalitas pemain dalam membela panji negaranya dipertaruhkan. 

Turnamen ini tidak sekedar menang atau kalah tapi juga mengenai kebanggan dimana para suporter mendukung tanah kelahirannya secara langsung meski jaraknya ribuan kilometer. Ya, Piala Dunia memang menjadi magnet tersendiri dalam dunia olahraga terutama sepakbola. 

Dalam penyelenggaraannya, tiap-tiap negara pasti ingin selalu mengikutinya tak terkecuali negara-negara kecil yang selalu menjadi "pelengkap" dalam babak kualifikasi macam San Marino, Estonia, Laos, dan masih banyak lagi. Setidaknya mereka sudah bermimpi meski pada kenyataannya hanya sebatas mimpi saja.

Bagaimana dengan Indonesia? ah... masih terlalu jauh. Jangankan Piala Dunia, Piala AFF saja yang antar negara Asia Tenggara saja masih belum kita juarai bagaimana dengan Piala Dunia. Tetapi, melihat FIFA yang menambah peserta Piala Dunia menjadi 48 pada edisi 2026 sedikit memancarkan secercah cahaya. 

Maklum, sejak edisi 1998 hingga kini, asia hanya dijatah 4 sampai 5 negara (kalau lolos playoff antar konfederasi) dalam Piala Dunia. Dengan ditambahnya peserta, otomatis jatah Asia juga bertambah. Kemungkinan besar, jatah negara anggota AFC yang masuk Piala Dunia 2026 bisa menjadi 8 negara, tentu hal ini memberi kabar baik bagi negara kita. 

Tetapi, saingan kita di benua kuning tidaklah mudah karena sudah pasti 4 slot menjadi milik Iran, Jepang, Korea Selatan, dan Australia yang sudah menjadi macan asia sedangkan kita harus merebut 4 slot lainyya dari negara yang sudah kenyang pengalaman di kancah asia macam Uzbekistan, Irak, China, Korut serta jangan lupakan rival di kawasan ASEAN seperti Vietnam dan Thailand yang perkembangan sepakbolanya meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Saya pernah membayangkan bagaimana jadinya Indonesia berhasil lolos ke Piala Dunia, pasti seluruh rakyat dari Sabang-Merauke akan menggelar syukuran. Rakyat berbondong-bondong menggelar nonton bareng di warkop, rumah-rumah, dan pos kampling. 

Para pedagang atribut timnas pasti akan laris manis, golongan pejabat publik akan lebih merangkul rakyat dan ikut menonton timnas dengan melupakan sejenak persoalan politik yang panas, serta pastinya jangan lupakan suporter timnas yang selalu memberikan dukungan dimanapun berada dengan melakukan away. Tentu hal diatas memang hanya bayangan dibenak saya yang sangat sulit untuk terwujud. 

Mengapa sulit? Kita lihat saja perkembangan sepakbola kita, masih sangat minim akan perubahan. Memang, timnas kita u-16 dan u-19 berhasil masuk perempat final Piala Asia serta hanya berjarak 90 menit dari Piala Dunia untuk kategori junior. Lalu, bagaimana dengan tim senior? Tampaknya target masuk Piala Asia bagi tim asuhan Simon McMenemy adalah hal yang paling realistis dibanding Piala Dunia.

Berdasarkan hal diatas, nampaknya timnas senior kita perlu menunggu generasi dari timnas U-16 dan U-19 yang tampil ciamik. Tetapi, hal ini juga perlu dukungan dari PSSI dan pemerintah dalam menjaga dan mengembangkan talenta muda ini. 

Saya sangat mengapresiasi PSSI yang memberikan beasiswa kepada anggota timnas u-16 dengan mengirim mereka ke Inggris untuk belajar sepakbola dalam kurun 6 bulan pada Januari-Juni 2019 dengan program Garuda Select dan rencananya, pada tahun ini PSSI juga akan kembali mengirim tim untuk berlatih menuntut ilmu di luar negeri. 

Tetapi, selain pembinaan usia dini peningkatan kualitas liga Indonesia juga harus diperhatikan. Saat ini, PSSI harus menghilangkan noda kelam pengaturan skor dalam kompetisi musim lalu yang juga menyeret beberapa petinggi PSSI. 

Selain itu, adanya dorongan dari masyarakat luas yang menginginkan reformasi pada federasi juga harus dipertimbangkan oleh PSSI agar tingkat kepercayaan masyarakat pada federasi dapat membaik.

Sebenarnya, piala dunia bukanlah hal mustahil untuk diwujudkan bagi sebuah negara yang memiliki animo besar terhadap sepakbola macam Indonesia. Tetapi, adanya permasalahan yang justru berasal dari intern membuat impian besar itu sulit terwujud. 

Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat mempercepat negara ini masuk hajatan sepakbola terbesar dunia itu, salah satunya bisa dengan menjadi tuan rumah. Saat ini PSSI dan FAT (Federasi Sepakbola Thailand) serta beberapa negara ASEAN lain sedang berunding untuk mengikuti bidding pemilihan host Piala Dunia 2034 dengn mencalonkan gabungan negara. 

Apabila upaya itu berhasil, tentu ini menjadi kebanggan tersendiri bagi sepakbola ASEAN khususnya Indonesia. Cara lainnya agar lebih cepat masuk piala dunia dapat dilakukan dengan pindah zona yang memiliki anggota lebih sedikit. Saat ini Indonesia tergabung dengan konfederasi AFC yang memiliki negara anggota lebih dari 45. 

Tentu, hal ini sangat sulit dikarenakan jatah negara yang hanya 4 sampai 5 negara dan baru ditambah menjadi 8 negara pada tahun 2026. Sekarang bandingkan dengan zona tetangga kita, yakni OFC (Oceania Football Confederation) yang memiliki negara anggota tidak sampai 2/3 dari total negara anggota AFC. 

Konfederasi yang sering dianaktirikan oleh FIFA ini memang hanya mendapat jatah satu negara, itu pun harus melalui playoff antarbenua dan apabila kalah tentu tidak akan mendapatkan slot. 

Kabar baiknya, FIFA berencana memberikan jatah 1 sampai 2 negara untuk edisi 2026. Hal ini bisa menjadi alasan kenapa kita harus pindah zona, pasalnya jika zona OFC mendapat jatah 1 negara. 

Maka, pesaing kuatnya hanya Selandia Baru sementara negara-negara macam Fiji, Kaledonia Baru, Papua Nugini, dan Vanuatu yang baru saja kita bantai 6-0 memiliki kualitas sepakbola dibawah kita.

Hal diatas memang bisa menjadi opsi agar Indonesia masuk piala dunia. Namun, kita juga harus memikirkan rencana jangka panjang agar kualitas timnas kita tetap terjaga solid dan tidak perlu sering mengubah gaya bermain apabila berganti pelatih. 

Ya setidaknya yang berhak menentukan adalah PSSI sendiri, kita sebagai pecinta sepakbola setidaknya membantu PSSI agar mampu menemukan solusi terbaik supaya negara besar ini mampu berjajar dan bersaing dengan negara adidaya sepakbola macam Brazil dan Jerman. Tetapi, untuk saat ini kita masih dalam keadaan "bermimpi" dan ya sekali lagi memang piala dunia masih menjadi angan-angan negara ini.

***

Blitar, 21 Juni 2019
Ilham Sinatrio Gumelar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun