Mohon tunggu...
Ilham Pasawa
Ilham Pasawa Mohon Tunggu... Novelis - ~Pecandu Kopi~

Manusia yang ingin memanusiakan dan dimanusiakan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bukanlah Aku

15 Oktober 2022   23:13 Diperbarui: 15 Oktober 2022   23:30 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Bego, pakai otak! Masih punya otak, kan? Begini aja nggak becus!"

Bocah kemarin sore itu terdiam mandi keringat kala diguyur kuliah sumpah serapah di hari yang masih pagi. Sang atasan yang bergaya semi militer memang tak pernah pakai otak apalagi hati saat menegur bawahannya. 

Dia hanya tahu soal target penjualan yang mesti dicapai, entah itu pakai cara bersih ataupun kotor sekotor-kotornya. Target penjualan tidak tercapai tangan karyawan dipotong satu ruas, katanya buat pembelajaran.

Bocah yang baru lulus kuliah dua bulan itu nangis beringsut-ingsut, ingusnya naik turun. Mukanya memerah mirip udang rebus yang belum diberi saus tiram. Matanya basah sembab, air matanya mengalir menjadi sungai penyesalan. 

Pikirnya dalam hati yang kesal namun tak terucap, aku kuliah lama-lama ko cuma jadi kacung konglomerat. Cuma jadi bahan pelampiasan amarah orang yang punya duit. Apa bedanya aku sama pelacur yang sama-sama jadi tempat pelampiasan.

"Babi, kurang ajar, setan, bajingan, gua kerja setengah mati masih dibilang kerja nggak pakai otak!"

Tentu saja kalimat itu tak pernah terucap. Biar bagaimana, bocah perempuan bernama Yasmin itu masih butuh pekerjaan buat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Bocah itu sudah kurus kerempeng, sari-sari badan serta keringatnya sudah diperas jadi keuntungan buat bapak bos yang terhormat. Bahkan kalau bisa, feses dan air seninya juga bisa diperas buat nambah keuntungan.

"Lain kali masih nggak nyampe target, kamu out, saya nggak butuh orang bego kaya kamu."

Tusukan penutup sebelum sang atasan berjalan santai sambil terus nyari-nyari kesalahan bawahannya yang lain.

"Sudah, Yas. Dunia kerja emang begitu. Kamu harus sabar." Ujar Perempuan yang dari wajahnya bisa ditebak kalau usianya sekitar kepala tiga.
"Iya, ka. Tapi kalau begini terus aku lama-lama bisa gila, kak." Keluh Yasmin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun