Mohon tunggu...
Mochammad Ilham Helmy Syaputra
Mochammad Ilham Helmy Syaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Just ask everything and be skeptic

Nurturing Scientific Culture. Find more on helmysaurus.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Konflik Mulu, Kapan Negosiasinya?

28 Oktober 2021   21:06 Diperbarui: 28 Oktober 2021   21:32 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Instagram @banggaber

"Miiiin" si bocil yang biasanya menemani pembicaraan dalam artikel mimin lari terbirit---birit.

"Kenapa le?"

"anu min, aku habis bikin onar sama temen dikampung sebelah. Waktu aku ngejar layangan kemaren aku liat temenku ngejar layangan terus dapat banyak, yaudah aku samperin terus tak robek layangannya huahah, eh aku dikejar sama temen-temennya untung gak kena"

"wah gaboleh bertingkah seperti itu lee! Orang kalau udah bikin konflik ntar nggak dimaafin gimana hayo?"

"ya gapapa min, sekalian biar bisa jadi pelajaran sekaligus pengalaman yakannn?"

Ya kalo gitu daripada nyari onar biar dapet pelajaran mending nyari ilmu aja jon sini mimin ajari.

Jadi konflik itu muncul sebab adanya ketidakselarasan persepsi satu sama lain, biasanya sih individu tersebut merasa kalo sesuatu yang dimiliki orang lain ikut mempengaruhi persepsi individu tersebut. Contoh ya kayak ceritamu tadi

"kamu sama anak kampung sebelah sama-sama ngejar layangan, nah dianya tuh dapet e banyak sedangkan kamu nggak dapet apa-apa cuma modal lari sama teriak doang. Yaudah deh konfliknya mulai tumbuh disitu".

Teorinya sih (Rahim, 2011)  konflik terjadi kalo dua individu berbeda mengalami perbedaan preferensi tentang makna kepuasan sama berpartisipasi di kegiatan yang sama tapi tidak selaras mengenai kebutuhannya, terus yang terakhir itu karna adanya kebutuhan sumber daya yang sama tapi punya waktu yang beda buat dapetinnya"

"Wih ternyata dari awal aku nyari masalah aja udah keconvert jadi teori ya, terus terus"

Ya karna tiap orang pasti mengalami konflik dengan sebab yang sama (kalau dibreakdown akar masalahnya), tapi yang bikin beda itu bagaimana cara tiap individu itu memandang konfliknya. Adatuh orang:

  • Tradisional, orang ini kalo berhadepan sama konflik mesti langsung tertuju ke hal yang buruk dan merugikan, sehingga ya banyak orang yang menghindari konflik kerna takut rugi.
  • Hubungan Manusia, kalo ini menganggep konflik itu hal yang wajar dan nggak bisa dihindari tapi bisa diambil hikmahnya buat lebih baik lagi.
  • Interaksionis, nahhh kalo ini lebih mirip ke kamu kayaknya, sebab timbulnya anggepan kalo kit aitu butuh konflik biar situasinya tetep semangat dan kritis.

"Huahahah tapi bener juga ya, terus urutannya gimana min konflik itu?"

Menurut Robbins ada empat urutannya:

  1. Potensi ketidakselarasan.

Ini bibitnya, biasanya konflik itu diawali dengan salah satu dari tiga ini, ato malah tiga-tiganya juga mungkin:

  • Komunikasi

Bisa aja komunikasi jadi sebab awal konflik kalo adanya kesalahpahaman waktu nyampaikan dan nerima informasi.

  • Struktur

Makin besar organisasi tadi otomatis makin besar juga potensinya muncul konflik, apalagi nih kalo anggotanya muda dan perputaran anggotanya tinggi, uih gimana tuh.

  • Variabel pribadi

Ini lebih ke preferensi individu sih, bisa kepribadian, bisa juga nilai yang dianut.

2. Kognisi dan Personalisasi

Kalo tiga diatas tadi udah terjadi, nah gentian ditahapan ini yang mainin peran. Dimana emosi mulai menciptakan persepsi sehingga menurunkan kepercayaan ke orang lain, tapi emosi bisa juga ke arah positif yang berdampak ke kemampuan dia melihat keadaan dengan perspektif yang lebih luas.

3. Maksud

Berupa keputusan apa yang harus dilakukan berdasarkan interpretasi yang dihasilkan ditahapan kognisi tadi. Biasanya juga ada perbedaan besar antara perilaku dan maksud makanya perilaku seringkali nggak jadi tolak ukur buat nyari tau maksud seseorang. (Yang sering dighosting biasanya paham kalo ini wkwkwk)

4. Perilaku

Ya ini sih rangkaian dari aksi dan reaksi yang dibuat sama pihak yang sedang berkonflik. Pada beberapa kasus juga perilaku konflik bisa aja menyimpang dari maksud inti konflik gegara sebab lain.

5. Akibat

Ceritanya ini udah terjadi konfliknya, sekarang tinggal kemugkinan yang terjadi ketika konflik itu selesai.

  • Akibat fungsional, mengingat diatas jelasin ada yang menanggapi konflik ini dengan vibes yang positif, maka konfliknya berakibat lebih ke memperbaiki kualitas keputusan dan inovasi. Jadi intinya ini tuh lebih konstruktif.
  • Akibat disfungsional. Kalo ini berlaku ke mode "senggol bacok", ya gimana lagi ya dampaknya cenderung ke arah negative kayak memperenggan hubungan sosial dan menghambat komunikasi.

Makanya kalo udah kena "akibat disfungsional" tuh susah, perlu negosiasi buat selsein masalahnya.

"lanjootttt min gas bahas negosiasi tak dengerin"

Negosiasi, adalah proses ketika kedua belah pihak melakukan pertukaran barang atau jasa dan berusaha untuk sepakat pada nilai tukarnya (Robbins, 2007). Intinya tuh ini proses dimana pihak yang berkonflik mencari kesepakatan bersama atas perbedaan yang ditimbulkan sebelumnya. Masih menurut Robbins, negosiasi ada prosesnya:

  • Persiapan, tujuannya biar tau apa yang diinginkan sama pihak yang sedang berkonflik.
  • Definisi aturan dasar, kalo fase ini pihak tersebut bakalan tukeran proposal yang berisi tuntutan mereka, tapi nggak harus pake proposal sih, pelafalan secara verbal juga bisa.
  • Klarifikasi, ini bisa dalam bentuk menguatkan pendapat, mempertahankan atau menjustifikasi tuntutan awal.
  • Pemecahan masalah, disini mulai ada tawar-menawar dan solusi setelah sama-sama tahu apa yang kedua belah pihak inginkan.
  • Penutupan, berupa kesepakatan yang dibuat berdasarkan hasl negosiasi dan menerapkan kesepakatan tersebut.

"Terus gimana kalo waktu negosiasi bukannya dapet solusi tapi malah baku hantam min saking panasnya tensi negosiasi?"

Nah buat jaga-jaga apabila terjadi hal yang kagak diinginkan, biasanya ada penengah yang akan mendampingi proses negoisasi tersebut. Ada tiga sebutan buat orang yang bertugas sebagai penengah

  • Mediator. Dia netral dan tugasnya buat kasih tawaran persuatif dan alternatif. Biasanya mediator diperlukan ketika konfliknya ditingkat sedang.
  • Arbitrator. Dia pihak ketiga tapine punya kuasa buat nentuin kesepakatan, berbeda dengan mediator, arbitrasi ini bisa dipastikan selalu nemu kesepakatan, tapi disitu juga letak kekurangannya, dimana bisa aja arbitrator bikin kesepakatan yang timbangannya berat sebelah.
  • Konsiliator. Dia tugasnya jadi jembatan buat pihak yang berkonflik buat sampein fakta yang terjadi, dah itu aja, dia nggak punya wewenang buat mempengaruhi hasil akhir negosiasi.

Kompleks juga ya, kayaknya aku besok harus ke kampung sebelah deh min buat minta maaf, kira-kira butuh pihak ketiga apa enggak ya?

Oh butuh dong, sini mimin anterin tapi bayar pake gorengan yaa wkwkwkwk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun