Mohon tunggu...
Ilham Putra Gita Farizki
Ilham Putra Gita Farizki Mohon Tunggu... Insinyur - Filsuf atap rumah

Emperan, Teras, Atap, Ruang tamu, Gudang.. semuanya bisa jadi sumber inspirasi dan sumber permasalahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fake Freedom

27 Mei 2020   06:10 Diperbarui: 27 Mei 2020   06:15 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bebas. Sebenarnya apakah sebenarnya kebebasan itu? KBBI sendiri selaku kiblat dari pendefinisian kata -- kata dalam bahasa Indonesia menyebutkan bahwa makna dari kata 'bebas' itu sendiri adalah :

  1. lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dan sebagainya dengan leluasa)
  2. lepas dari (kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dan sebagainya)

agak klise memang. Namun saat ditilit dari awal peradaban umat manusia, Manusia bebas berburu hewan, hewan bebas memangsa manusia sesuai hukum rimba yang berlaku tanpa adanya aturan yang mengikat. Namun seiring dengan waktu, dengan akalnya manusia mulai sadar jika mereka sadar jika mereka dapat mengambil apapun yang tersedia di alam ini. Manusia B yg tidak kenal manusia A juga memiliki otoritas yang sama untuk mengambil apapun dari alam. 

Dengan kesadaran ini mulailah timbul konflik antar manusia demi mendapatkan sumber daya alam. Problem baru pun muncul, dengan adanya konflik ini membuat manusia membuat konsep daerah kekuasaan dimana manusia tersebut menetap dan membatasi wilayah agar tidak dijajah oleh manusia lain. 

Inilah yang menjadi salah satu cikal bakal peraturan yang membuat manusia secara tidak langsung terkekang dalam hidupnya. Lanjut, dengan sistem territorial ini memiliki kekurangan yaitu keterbatasan sumber daya yang ada di daerah teritori mereka sehingga sistem barter (tukar barang) tercipta. Sistem barter merupakan kekangan kedua dalam kehidupan manusia saat itu.

Nah dari situ, kerakusan manusia makin jadi. Seiring perkembangan waktu, muncul namanya peradaban. Dengan adanya peradaban, manusia hidup semakin maju hingga sekarang. Namun dengan majunya peradaban, haruslah ada sebuah aturan yang mengatur pola hidup dan berperilaku penduduk peradaban itu. Itulah yang dinamakan peraturan atau hukum.

Pada titik ini, manusia kehilangan kebebasannya secara penuh karena dia memiliki suatu kewajiban yang harus dia lakukan yaitu menaati peraturan. Karena hak dan kewajiban saling berkaitan antar satu elemen dengan elemen yang lain, demi mendapatkan hak haruslah menjalani kewajiban yaitu dengan menaati peraturan yang bersifatnya mengekang.

Kekangan ini tidaklah disadari oleh banyak manusia modern saat ini ya karena para pemegang kekuasaan menyerukan 'kebebasan' yang sebenarnya fana. Seharusnya jika memang ada sebuah kebebasan yang benar -- benar 'bebas', segala hukum dan peraturan seharusnya tidak ada atau berlaku. Bebas namun harus menaati peraturan seakan -- akan kontradiktif. Bebas namun dikekang? Ya seperti burung yang diterbangkan didalam kandang yang besar, seakan akan bisa bterbang semau mereka namun kenyataannya tetap 'dibatasi'.

True Freedom has never existed. Tidak ada yang namanya orang yang benar benar bebas, kecuali 2 golongan manusia yang kebal hukum apapun. Pertama orang gila dan orang yang sudah mati. Jadi kesimpulannya kalau mau bebas ya mati saja atau jadi gila. Beres urusan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun