Tak pernah dadaku sebergetar ini. Harapan mulai terpupuk dan makin lama makin menggunung.
Aku lelaki yang pemalu ini, tiap bulan mengantar ibu kontrol ke rumah sakit. Sebagai anak tunggal dan setelah bapak wafat, maka aku yang mengurus ibu.
Dulu bapak yang mengurus ibu di rumah sakit tiap sebulan sekali. Tapi kini aku yang mengurus ibu. Setiap mengurus ibu sebulan sekali itu, aku izin tak berangkat kerja. Ya, aku adalah pegawai rendahan di pemerintahan. Usiaku sudah nyaris 35 tahun.
Saat aku mendorong ibu dengan kursi roda di rumah sakit untuk kali pertama, wanita anggun itu datang, langsung mencium tangan ibu.
"Ibu apa kabar?" Katanya lemah lembut.
"Baik," kata ibu lirih.
Dia wanita itu, bernama Zumairoh. Nama itu terlihat di bajunya. Ya dia kerja di rumah sakit. Entah bagian apa, tapi dia selalu melayani ibu.
Wanita itu, Zumairoh itu, matanya bola pingpong. Rambutnya ikal berderai. Senyumnya manis dan punya lesung pipit. Aku merasa mulai salah tingkah.
"Ke kursi sana saja kak, bisa tunggu di sana," katanya.
"Dia baik sekali. Sejak ibu rutin ke sini, dia yang  mengurus," kata ibu tentang Zum padaku.