Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saat Bertemu Tukang Tambal Ban yang Sangat Amatir

1 Februari 2023   11:34 Diperbarui: 1 Februari 2023   12:44 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: Dicky Aditya Wijaya dipublikasikan kompas.com

Aku pernah menulis pengalaman menggunakan jasa tambal ban pinggir jalan. Aku menulisnya di kompasiana entah beberapa bulan lalu.

Tak lama setelah tulisan itu,  aku mengalami peristiwa bertemu tukang tambal ban sangat amatir. Ceritanya suatu siang tahun 2022, aku mengendarai sepeda motor. Melewati jalan kuburan, ada yang tak beres dengan perputaran roda.

Aku memutuskan turun dari motor karena ternyata ban bocor. Ban tertusuk barang mirip paku sepanjang 10 cm. Tambal ban kisaran 1 Km dari tempat kejadian. Sebab, daerah itu sudah kupahami.

Kutuntunlah motor itu di tengah terik matahari luar biasa. Di tengah perjalanan ada lelaki umur 50 tahunan di pinggir jalan bertanya basa-basi.

Tanpa ba bi bu, aku langsung bilang. "Bapak bisa nambal ban?"

"Ya bisa," katanya yakin.

Aku tak tahu kalau di tempat itu ada tambal ban sepeda motor. Yang kutahu itu tempat jual beli ban mobil.

Aku menepi dan si tukang tambal ban itu mengeluarkan senjatanya. Aku baru ngeh bahwa dia memang siap menambal ban.

Tapi... melihat caranya melepas ban luar dari velg, aku jadi tak yakin. Dia sangat kesulitan melepas ban luar dari cengkeraman velg. Selain itu mulutnya komat kamit jengkel.

Lebih dari 15 menit aku menunggunya hanya untuk melepas ban luar dari cengkeraman velg. Setelah ban luar terlepas, dia kebingungan bagaimana cara menambal ban dalam.

Waduh... aku sudah mulai tidak sabar. Tapi melihat bagaimana si bapak kerepotan dan kesulitan tak tega juga. Setelah berhasil menambal ban dalam, dia mengisi angin.

Ternyata hasil tambalannya tak istimewa. Ban masih bocor. Dia berusaha menambal ban dalam lagi. Keringatnya sudah bercucuran. Satu jam sudah aku menunggu si bapak menambal ban.

Tak tahan. Akhirnya pernyataanku keluar juga. "Pak sudah pak. Kalau ngga bisa, sudah saja. Nanti aku cari tempat lain," kataku sembari memberi uang pada si bapak karena sudah bekerja keras.

Si bapak terlihat merasa kecewa dengan kerjanya. Dia pun menolak uang pemberianku. Tapi aku bilang saja, bahwa uang itu buat dia dan aku berlalu pergi dengan kembali mendorong sepeda motor.

Sesampainya di tempat tambal ban lain, motorku tuntas tak lebih dari 30 menit. Selama perjalanan, aku mikir berulang-ulang. Bukan sekali itu aku temui orang yang tak bisa tapi memaksakan melakukan sesuatu demi uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun