Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meronta

27 Januari 2023   05:19 Diperbarui: 27 Januari 2023   05:25 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah bagaimana mulanya, Toni tak mampu lagi mengendalikan pikirannya. Dia menjadi sangat liar. Bukan hanya liar berpikiran, dia juga liar bertindak.

Dia tahu bahwa semua itu kebablasan. Tapi dia tak bisa mengeremnya. Dia merintih kesakitan karena tangannya berkali-kali memukul dirinya sendiri.

Dia bingung harus bagaimana karena pikirannya sangat liar. Dia hanya ingin orang melihatnya apa adanya. Makanya dia pernah jalan tanpa sehelai benang pun.

Setelah tindakan-tindakan tak wajar itu, dia selalu menangis. Dia sesenggukan. Dia ingat ibunya, ingat bapaknya. Dia kecewa pada diri sendiri mengapa seperti itu.

Dia kecewa karena tak bisa mengendalikan dirinya. Dia makin runyam karena merasa semua orang menghindarinya. Satu malam, akhirnya dia teriak meronta.

"Tolong aku Tuhaaaan. Tolong, aku tak sanggup mengendalikan diriku," katanya suatu malam.

Lalu, tiap malam ronta seperti itu berulang-ulang. Tak ada yang peduli dengan kegundahan Toni.

Semua orang hanya memberi kesimpulan sederhana.  Kesimpulannya, "Toni gila". Sesederhana itu kesimpulannya.

"Bagaimana kalian menganggap aku gila. Sementara ketika aku ingin bercerita, kalian lari. Kalian tak menghiraukanku. Kalian selalu pergi ketika aku berusaha cerita deritaku. Tuhaaaann. Apakah aku yang gila?" Kata Toni teriak jelang senja.

Toni teriak dengan kaki sudah dipasung. "Kalian hanya memikirkan diri kalian sendiri. Kalian simpulkan sesuai hajat kalian bahwa aku gila. Kalianlah perusak sebenarnya. Perusak kemanusiaan!" Teriak Toni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun