Tak adanya Paul Pogba dan N'Golo Kante membuat Prancis mengandalkan banyak pemain tengah minim jam terbang. Mungkin itulah yang membuat Prancis tak berlama-lama main di tengah.
Kedua, memanfaatkan sayap. Prancis tak main di tengah, tapi sering menyodorkan bola dari sayap. Serangan Prancis dari sayap. Ada Mbappe, Dembele dengan ditopang Pavard dan Theo atau Lucas Hernandez.
Prancis, dalam hal ini pelatih Didier Deschamps tahu diri. Keunggulannya adalah kecepatan Mbappe, kelincahan Dembele, dan aksi penopang Pavard dan Hernandez di sayap.
Karena itu, Prancis memanfaatkan sayap dengan sangat baik di laga melawan Australia. Sebuah skema yang benar-benar menghasilkan. Tiga gol Prancis yakni dari Giroud (gol kedua), Rabiot, Mbappe adalah hasil umpan dari samping. Gol pertama Giroud juga bermula dari tusukan samping.
Ketiga, memanfaatkan penyelesai akhir. Ada beda antara Giroud dengan Benzema. Giroud adalah tipikal penyelesai dan pemantul. Sementara Benzema adalah penyelesai dan game player.
Deschamps dengan baik memanfaatkan Giroud. Deschamps sepertinya tak meminta Giroud sebagai game player, tapi hanya sebagai penadah di depan gawang. Karena memang itulah kelebihan Giroud.
Lihat saja dua gol Giroud. Dia hanya jadi penadah. Dia hanya melakukan satu sentuhan untuk menjebol gawang Australia.
So, Prancis menampar banyak orang dengan permainan sederhana. Tak terlalu lama main di tengah, manfaatkan sayap, dan manfaatkan penadah.
Sekali lagi, Prancis baru main sekali dan bisa saja mereka tersingkir di babak grup seperti para pendahulu mereka yang mantan juara dunia.
Namun, dengan performa sederhana, cerdas, paham kelebihan, Prancis sepertinya bisa melaju lebih jauh. Mereka siap kembali menampar para penyangsi. Kita tunggu saja aksi Les Bleus selanjutnya.