Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Ibu Punya Anak Kesayangan dan Bapak Punya "Musuh" Kesayangan

1 Januari 2022   17:32 Diperbarui: 1 Januari 2022   17:35 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah melihat seorang ibu memiliki anak kesayangan? Ya, itu sangat manusiawi. Manusiawi ketika ibu memiliki anak kesayangan.

Biasanya, anak kesayangan ibu terlihat di keluarga yang tak kecil. Misalnya keluarga dengan tiga anak atau lebih. Jika keluarga dengan dua anak, kecondongan seorang ibu untuk sayang pada salah satu anaknya tidak terlalu terlihat.

Anak kesayangan ibu adalah anak yang paling diperhatikan, paling sering diceritakan pada orang lain. Dulu merasa janggal ketika ada ibu yang memiliki anak kesayangan. Tapi kini, aku menganggap itu sebagai hal yang manusiawi.

Bisa jadi ibu memberi perhatian lebih pada salah satu anaknya karena memang anak itu harus diberi perhatian. Bisa jadi ibu sering menceritakan salah satu anaknya karena tak mau menyakiti yang lain.

Intinya, jika ibu memiliki anak kesayangan, maka wajar saja. Tak perlu diperdebatkan, tak perlu dipermasalahkan karena hal itu sangat manusiawi.

Beda ibu, beda pula bapak. Yang terekam dalam memoriku, bapak adalah sosok yang jarang punya anak kesayangan. Dari banyak keluarga besar yang aku tahu, bapak adalah sosok yang tak menonjolkan salah satu anaknya.

Cuma, kadang yang sering muncul adalah, bapak menemukan "musuh" kesayangan di keluarga besar. "Musuh" di sini bukan hal yang sangat negatif.

"Musuh" di sini adalah sosok  yang bertolak belakang atau malah punya kemiripan. Berapa kali aku lihat bapak di keluarga besar memiliki "musuh" dalam diri salah satu anaknya.

Jadi, ada pola pikir yang bertolak belakang antara bapak dengan salah satu anaknya. Sehingga, adu argumen itu selalu muncul ketika keduanya bertemu.

Bisa juga karena keduanya memiliki karakter yang sama. Si bapak keras kepala dan salah satu anak keras kepala juga. Maka, kalau ada dua sosok yang sama-sama keras kepala, susah untuk menyatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun