Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Childfree atau Tidak, Tetaplah Peduli Anak-Anak

28 Agustus 2021   06:18 Diperbarui: 30 Agustus 2021   07:11 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak. Foto: ANTARA FOTO/BASRI MARZUKI dipublikasikan kompas.com

Mau childfree atau tidak childfree, tetaplah peduli pada anak-anak. Jangan sampai mereka yang childfree atau tidak childfree malah tak peduli anak.

Saya adalah yang memilih tidak childfree. Saya menikah dan mengusahakan diri untuk memiliki anak. Bagi saya childfree atau tidak, itu adalah urusan pribadi.

Tentu saja yang childfree atau tidak, memiliki argumentasinya masing-masing. Beda ide silakan saja, asal jangan saling menyalahkan atau merendahkan.

Yang ingin saya katakan, jangan sampai mereka yang childfree dan tidak childfree, jadi tak peduli anak. Childfree yang tak peduli anak adalah ketika tak memiliki empati pada anak-anak sekitar yang kesusahan.

Misalnya karena menilai anak adalah sosok yang merepotkan sehingga memilih childfree, maka mereka jadi tak peduli pada anak-anak sekitar. Menjadi sosok yang abai pada realitas sosial bahwa ada tetangga kita yang anak yatim piatu. Menjadi sosok yang alergi pada anak. Setiap lihat anak, hanya melihat masalah.

Mereka yang childfree tetap bisa kok peduli pada anak. Ya tentunya anak orang lain. Khususnya anak yang membutuhkan pertolongan.

Yang tidak childfree bukan berarti otomatis peduli anak.  Bisa saja mereka memiliki anak, tapi ngga mau ngurus. Sepenuhnya diserahkan kepada orangtua atau nenek. Tak peduli pada anak sendiri. Anak hanya jadi pelengkap status sosial.

Nah, saya hanya ingin mengatakan, Anda childfree atau tidak, janganlah abai pada anak-anak. Ya setidaknya jangan jadi monster bagi anak-anak. Apalagi anak yatim piatu.

Anak adalah sosok yang masih lemah. Mereka membutuhkan topangan atau setidaknya bukan jadi tempat untuk pelampiasan.

Anak adalah cerminan masa depan. Jika anak dididik dengan baik, maka dunia ini akan baik. Tapi jika anak diabaikan, maka dunia ini pun akan berpotensi makin bermasalah.

Apapun pilihan Anda, jangan sampai mendeskripsikan anak sebagai sumber masalah. Anak-anak, sekali lagi, adalah sosok yang belum dewasa dan butuh pertolongan, topangan, dan dukungan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun