Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sedih, Antar Tetangga Buka Usaha Seragam

12 Agustus 2021   12:26 Diperbarui: 12 Agustus 2021   15:12 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto: Shutterstock/Rembolle dipublikasikan kompas.com

Dalam beberapa kesempatan ketika keluar rumah, saya mendapati ternyata beberapa orang mulai membikin usaha di rumah. Fenomena ini muncul ya di masa pandemi. Tentu saya senang. Tapi di sisi lain saya sedih.

Mereka yang membuka usaha itu orang desa. Orang yang hidup di desa. Persoalannya menurut saya adalah, mereka membuka usaha yang sama, toko kelontong, jajan anak, dan mainan anak. Mereka bersaing jualan hal yang sama di tempat yang tak basah.

Saya lihat sendiri, daya beli di desa tak setinggi di kota. Faktornya macam-macam kenapa daya belinya rendah. Misalnya, pendapatan per rumah tak besar, lalu lalang orang luar tak banyak.

Di desa, orangnya ya itu-itu saja. Beda dengan daerah kota yang ramai, di mana jadi tujuan banyak orang dari "luar". Orang "luar" itu akan mengeluarkan uang di daerah ramai itu.

Kembali ke desa. Sekarang kalau aku melihat, jika tiap 25 meter ada warung kelontong, lalu sebesar apa pasarnya? Wong penduduknya sedikit, pendatangnya juga tak ada.

Jika tiap 25 meter ada warung kelontong, rebutan pasar? Ya bagaimana mau rebutan dan memberi hasil memadai, wong pasarnya saja sedikit. Beda ceritanya kalau di kota, tiap 10 meter ada warung makan. Mereka bertarung riuh dan semangat karena pasarnya besar.

Kembali ke desa. Warung-warung di desa yang bermunculan itu baru persaingan antarorang di desa. Belum lagi warung modern "yang itu" sudah masuk hampir ke desa. Warung "yang itu" lebih menarik karena lebih modern, lebih berwarna.

Jadi bersaing bukan hanya dengan tetangga, tapi juga dengan pengusaha dari kota yang mulai merambah ke desa. Nah, yang namanya saingan mencari nafkah atau kompetisi mencari nafkah, ada potensi gesekan. Kalau ada gesekan antarte tangga kan ngga mengenakkan. Ya semoga saja tak terjadi.

***
Melihat fenomena itu saya juga tak punya pandangan. Tak punya solusi. Masalah bisnis orang kecil, peredaran uang, pangsa pasar adalah hal yang kompleks.

Butuh banyak sudut pandang. Ya harapannya, orang-orang pandai bisa memberi solusi. Disampaikan ke pemerintah dan bisa menjadi jalan tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun