Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Drama Vialli dan Olimpiade, Dag Dig Dug karena Cinta Akut

3 Agustus 2021   05:55 Diperbarui: 3 Agustus 2021   05:58 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gianluca Vialli (kiri). Foto: AFP/LAURENCE GRIFFITHS dipublikasikan kompas.com

Saya baru saja iseng mencari berita soal Gianluca Vialli. Lelaki ini menarik perhatian saat Euro 2020. Saya bertanya, sebenarnya apa statusnya di Timnas Italia?

Ada yang menyebut dia ketua delegasi dan ada yang menyebut jika dia adalah asisten pelatih. Tapi jika dilihat tempat duduknya saat laga, maka dia adalah ketua delegasi.

Kala iseng mencari tahu tentang Vialli, saya mendapati soal ekspresinya ketika adu penalti Italia vs Inggris di final. Ada video pendek yang diabadikan RAI. RAI setahu saya adalah televisi di Italia.

Ternyata, saat adu penalti itu, khususnya saat Jorginho menendang, Vialli tak melihat sama sekali. Dia memilih memunggungi dan melihat penonton.

Dia hanya tahu bahwa Jorginho gagal mencetak gol saat adu penalti, dari ekspresi penonton. Sesaat kemudian Roberto Mancini mendekat pada Vialli, ada perbincangan singkat.

Uniknya saat perbincangan itu, Vialli tak mau mengarahkan wajahnya ke gawang tempat adu penalti. Dia berusaha terus memunggungi panggung penalti.

Kenapa itu dilakukan? Saya menduga karena deg-degan. Vialli adalah seorang legenda. Dia bersama Mancini dan kolega mampu membawa Sampdoria juara Liga Italia pada 1990-1991.

Itu satu-satunya gelar Sampdoria di Liga Italia sampai saat ini. Vialli mampu membawa Sampdoria lolos ke final Piala Champions 1992, tapi kalah dari Barcelona.

Vialli juga merasakan gelar Liga Italia dengan Juventus. Vialli juga merasakan gelar Liga Champions 1996 dengan Juventus. Dia membawa Chelsea juara Piala Winners 1998.

Dengan status legenda dan biasa merasakan atmosfer final, Vialli pun gugup. Dia dag dig dug. Dia tak sanggup melihat adu penalti.

Sepak bola dan olahraga memang begitu. Pengalaman tak selalu membuat kuat menghadapi momen deg-degan. Maka, ketika yang berpengalaman saja bisa takut melihat, apalagi yang tak berpengalaman?

Olimpiade 2020 kemudian kembali menegaskan soal dag dig dug itu. Saya mengetahuinya dari twitter. Ternyata beberapa warga Indonesia tak berani menonton laga bulu tangkis secara langsung di TV.

Padahal, kau tahu, TV membuat acara siaran langsung ya untuk ditonton. Mereka yang takut nonton itu terkena virus deg-degan. Akhirnya, sekalipun di rumah ada TV dan bisa melihat siaran langsung bulu tangkis, mereka memilih berdiam di kamar dan lihat livescore.

Mereka lebih nyaman lihat bulutangkis via livescore. Ya karena deg degan itu.

Jangankan yang lihat siaran langsung, saya yang tak bisa lihat siaran langsung karena faktor parabola pun deg degan. Lihat livescore pun deg degan. Sampai didoain juga. Merapal doa berkali-kali agar Greysia Polii/Apriyani Rahayu menang di perempatfinal kala itu.

Vialli dan ekspresi serta pilihan sebagian kita untuk tak melihat momen mendebarkan, bukan karena tak suka, bukan karena tak mendukung. Enggan melihat itu adalah bentuk cinta yang akut.

Orang-orang yang mendukung amat sangat, kadang takut dengan kegagalan. Kegagalan itu pahit! Walaupun padahal, kelak di kemudian hari, kegagalan dan keberhasilan di final itu adalah cerita paling indah untuk dibagikan.

Ya tapi, itulah cinta yang akut. Takut gagal karena cinta. Enggan melihat karena cinta. Olahraga telah membuat sebagian kita kehilangan kendali dan rasio. Wong disiarkan untuk dilihat, malah tidak dilihat.

Tapi ya itulah cinta. Jika gagal, deritanya bisa tiada akhir. Maka ketika mendukung para pejuang olahraga, sebagian kita ingin berlari menjauh sembari berharap cinta kita berakhir bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun