Aku bilang, lebih baik Pak Sani saja yang handle langsung Star FC. Tapi dia beretorika panjang lebar soal masa lalu dan sudah tua.
Lalu, tiba-tiba Santo muncul dan mengucapkan selamat. Dia mau mendanai Star FC dan sekaligus menjadikan adiknya sebagai manajer. Santo juga mau agar Pak Sani istirahat, tak perlu jadi ketua umum. Santo ingin jadi ketua umum. Mau pilkada ya lumayan jadi ketua umum klub sepak bola yang sedang moncer.
Pak Sani bersungut-sungut. Dia tak mau disingkirkan. Dia merasa masih punya hasrat untuk menyuruh nyuruh, untuk jadi ketua umum. Tapi Pak Sani dimakan omongannya sendiri bahwa dia sudah tua.Â
Santo tentu terus mengatakan bahwa klub perlu peremajaan, termasuk ketua umum. Lagipula Star FC bukan kerajaan. Star FC milik masyarakat, jadi ganti ketua umum tak masalah.Â
Hehe, aku pulang saja. Aku lega. Biarkan para manusia brengsek itu berantem.