Ahsan/Hendra. Foto: pedro pardo dipublikasikan kompas.com
Saya beberapa jam lalu membayangkan bagaimana Ahsan/Hendra bisa lolos ke final ganda putra Olimpiade 2020. Kemudian, mereka mereguk emas.
Saya berkhayal, Indonesia bisa mendapatkan tiga emas. Soalnya eman-eman negara sebesar ini mentok-mentoknya dapat satu emas.
Saya tak bisa nonton Olimpiade kali ini. Saya hanya memantau dari livescore saja. Jadi saya pun tak pernah melihat siaran langsung Olimpiade kali ini. Alasannya, ya karena faktor parabola. Bisa dibaca di sini.
Jadi beberapa jam lalu saya masih membayangkan indahnya Indonesia dapat tiga emas. Tapi harapan itu tak akan terjadi sepertinya. Sebab barusan saya tahu dari livescore bahwa pasangan Ahsan/Hendra kalah.
Tentu kecewa. Sebagai maniak Olimpiade saya kecewa. Kekecewaan bermula saat Marcus/Kevin kalah. Sebab saya pikir Marcus/Kevin yang paling realistis diharapkan.
Biasanya kalau kecewa begini, badan saya agak panas. Dari dulu seperti itu. Kalau kecewa seperti ini bisa merembet ke mana-mana.
Tapi saya berusaha kecewa saja. Tak lebih dan tak kurang. Saya tak mau menghujat. Saya tahu para atlet sudah bekerja keras. Tapi saya pikir wajar juga kalau saya kecewa.
Saya tak mungkin bilang bahwa saya baik-baik saja kalau Indonesia kalah. Tidak. Saya tentu kecewa. Dan itu wajar. Tapi sekali lagi, cukup kecewa saja.
Saya tak perlu menghujat, tak perlu merusak, tak perlu melakukan tindakan yang kontraproduktif. Tapi tentu saya akan terus mengulang beberapa pernyataan saya.
