Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu-ibu Viral Itu, Kata Kotor, dan Tekanan Hidup

17 Mei 2021   09:19 Diperbarui: 17 Mei 2021   09:24 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Thinkstock dipublikasikan kompas.com

Tekanan hidup yang luar biasa itu bisa memunculkan hentakan. Hentakan dengan kata-kata kotor. Lalu, aku terlintas kasus ibu-ibu dengan kata kotor yang enggan disuruh putar balik itu.

Ya, ramai berita soal ibu-ibu berkata kotor karena disuruh putar balik oleh petugas. Setahuku mobil si ibu diminta putar balik karena penyekatan sebagai antisipasi mewabahnya Covid-19.

Tapi si bapak yang nyopir mobil itu melawan dengan kata-kata. Si ibu yang ada di jok belakang juga mengumpat dengan kata-kata kotor. Aku tentu tak sepakat dengan kata kotor itu, tapi ledakan manusia itu memang susah diterka. Dan ledakan si ibu itu muncul di momen yang semua orang melihatnya. Semua orang melihatnya.

***
Dulu saat masih berusia 7 tahunan, aku melihat dengan mata kepala sendiri dua orang ibu-ibu adu mulut sengit di Pasar Johar Semarang kala petang. Dari adu mulut itu pun keluar kata-kata kotor yang luar biasa. Dua ibu-ibu adu mulut dan keluar kata kotor luar biasa.

Itu momen lebih dari 30 tahun yang lalu. Tapi aku masih terngiang. Kala pertama melihat adu mulut itu, pikiranku langsung terpusat, kenapa sampai ada dua ibu-ibu berkata kotor luar biasa.

Seiring berjalannya waktu, beberapa kali aku melihat ibu-ibu berkata tak pantas.  Aku masih terus mencari tahu, apa sebab hentakan kata-kata kotor itu muncul.

Semakin berumur, semakin aku tahu bagaimana hidup memiliki tekanan yang luar biasa. Tekanan luar biasa karena kita diajarkan A tapi berhadapan dengan realitas Z. Bertolak belakang.

Tekanan karena kita diajari berhasrat, tapi juga dihadapkan pada kegagalan. Tekanan karena kita diajarkan mencari kenyamanan, sementara kenyamanan itu telah dirampok orang.

Jangan pernah berpikir bahwa mereka yang terlihat baik-baik saja itu tak mengalami tekanan hidup. Tidak! Mereka yang terlihat baik-baik saja itu bisa saja tertekan, sampai kemudian mulai kewalahan dan sempoyongan ketika tua melanda. Stroke!

Jika tekanan itu ditahan, maka tinggal menunggu ledakannya. "Yang tak beruntung" adalah ketika ledakannya ternyata dilihat berjuta-juta orang. Jadi bahan gunjingan, dicap negatif karena momen kurang dari semenit itu.

***
Aku tentu tak sepakat dengan kata kata kotor. Tak mengenakkan didengar telinga. Tapi, jika kau punya kuasa mengurangi tekanan pada banyak anak manusia di Indonesia, maka lakukanlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun