Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kang Wardi Mau Menutup Stasiun Radionya Karena Tak Sanggup Bayar Royalti Lagu

7 April 2021   17:55 Diperbarui: 7 April 2021   18:12 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto shutterstock dipublikasikan kompas.com

Kang Wardi curhat padaku. Di masa sekarang iklan yang mengalir ke radio sangat sedikit. Banyak pengiklan lari ke media online atau media sosial atau influencer. Ya memang masih ada iklan di radio, tapi minim sekali.

Dulu radionya punya wartawan yang bertugas mencari berita di daerah kami. Tapi, karena pemasukan radio minim, wartawan kini ditiadakan.

Kini, karyawan Kang Wardi tinggal penyiar dan teknisi. Acara radio paling hanya musik, dakwah, dan ngobrol santai. Nah, di tengah beratnya tantangan zaman, Kang Wardi diwajibkan membayar royalti pada lagu yang diputar di radionya.

"Wah berat San. Kondisi seperti ini diwajibkan bayar royalti. Lah itu kalau dai yang rekamannya aku putar di radio minta royalti juga, ya berat," kata Kang Wardi sangat memelas.

"Kalau ulama atau dai kayaknya ngga akan minta royalti kang. Apalagi minta ke sampeyan. Lihat sampeyan saja sudah tidak tega hehehe," kataku coba memecah suasana tegang.

Tapi Kang Wardi tak bisa tersenyum, apalagi tertawa. Dia pasrah dengan keadaan. "Aku mau tutup saja San radionya. Aku mau jual aset-asetnya. Uangnya buat pesangon karyawan. Tapi ya ngga tega juga dengan si Nur, Wanto. Mereka itu usianya nanggung. Muda tidak, tua juga belum. Usia 40 mereka mau kerja di mana?" Kata Kang Wardi menatap kosong.

Aku yang tadi berusaha cengengesan, kepikiran juga. Apalagi Kang Wanto itu baru setahun nikah. Telat nikah. Anaknya baru berumur sebulan.

"Apa ngga bisa dipertahankan saja kang. Aku juga kepikiran sama Kang Wanto," kataku.

"San, ini kota kecil. Kue iklan ya segitu saja. Kalau disuruh bayar royalti, gaji pegawai dikurangi. Itu malah makin menyakitkan. Wong gaji pegawaiku mepet sekali hampir upah minimum. Ya mungkin memang ini takdirnya. Aku tutup saja radionya," kata Kang Wardi.

Aduh. Aku malah jadi kepikiran. Hadeh.

"Kang, coba ngobrol dengan Pak Samsu, yang punya stasiun radio di kabupaten tetangga," ujarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun