Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Marto Enggan Melepas Mikrofon

31 Maret 2021   12:18 Diperbarui: 31 Maret 2021   12:18 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi.foto shutterstock dipublikasikan kompas.com

Aku dan teman-teman belum lama ini membuat forum di desa. Ya istilahnya ruang publik untuk ngomong apa saja.  Forum itu tiap malam Sabtu pekan pertama dan ketiga tiap bulannya.

Kami lesehan di depan balai desa. Forum ini forum cair. Maka tak heran banyak tawa, tapi kadang serius. Kami membuka kesempatan warga untuk curhat dan didengar oleh perangkat desa atau pemangku kepentingan di kecamatan.

Aku dan teman teman cuma punya tujuan agar kami bisa belajar mendengarkan, belajar bicara, belajar saling memahami. Tak ada tujuan politik kekuasaan.

Awalnya hanya 10 orang yang datang. Tapi belakangan, makin ramai. Bisa sampai ratusan orang dan meluber keluar dari kompleks balai desa.

Kami punya kesepakatan bahwa forum itu tak boleh memunculkan kekerasan fisik. Apapun alasannya, tak boleh ada kekerasan fisik. Jika sampai ada kekerasan fisik, walau dilakukan oleh orang yang benar, maka jadi urusan polisi.

Karena saking ramainya, banyak orang jualan di acara itu. Ada yang jual minuman, nasi, dan lainnya. Ekonomi bergerak.

Sudah empat bulan gelaran itu terjadi. Selama gelaran itu, Marto tak pernah ikut. Marto, adalah sosok di desa kami yang selalu ngeyel dan merasa pandai sendiri. Dia hanya mau tunduk jika diberi uang.

Marto adalah orang yang terus bilang bahwa forum yang kami buat tak ada manfaatnya. Tapi dia juga tak punya tawaran brilian. Memang kerjanya hanya protes saja.

Nah di pertemuan selanjutnya, Marto datang. Dia menjilat ludah sendiri. Setelah pemaparan dari kepolisian dan kejaksaan, Marto nyelonong ambil mikrofon.

"Desa ini tidak maju karena korupsi. Dari dulu sampai sekarang tak ada pembangunan. Tak ada perubahan," kata Marto berapi-api.

Pak Kades yang tak membawa pengeras suara, langsung memotong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun